Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Ugamo Malim atau agama Malim adalah salah satu agama lokal yang ada di Sumatera Utara. Pemeluknya disebut Parmalim. Mereka adalah sekelompok masyarakat Batak Toba yang mengikuti ajaran Sisingamangaraja.
Bagi masyarakat Parmalim Sisingamangaraja adalah orang suci yang meneruskan ajaran para leluhur orang Batak. Secara formal kelembagaan, Ugamo Malim didirikan tak berapa lama setelah Sisingamangaraja XII gugur di tahun 1907. Namun secara de fakto, ajaran ini diyakini sudah ada sejak ribuan tahun silam. Mereka yakin, ajaran ini diturunkan langsung oleh Mulajadi Nabolon (pencipta) kepada manusia pertama masyarakat Batak Toba.
Mengutip buku “Ugamo Malim di Tanah Batak” tulisan Ibrahim Gultom, menjelang wafat, Sisingamangaraja XII memberikan titah kepada seorang pengikut setianya, yakni Raja Mulia Naipospos, agar melembagakan ajaran-ajarannya. Hingga kini pemimpin Parmalim adalah generasi Raja Mulia Naipospos.
Kata “malim” sendiri berarti suci sesuai ciri khas ajarannya yang mengutamakan kesucian. Ugamo Malim punya kesamaan dengan agama samawi lainnya. Memiliki kitab suci yang disebut Pustaha Malim dan ditulis dalam aksara Batak Toba. Isinya diklasifikasikan atas dua bagian. Pertama berkaitan dengan Mulajadi Nabolon. Kedua, terkait hubungan mereka dengan sesama dan alam. Dari sifatnya ajaran itu berupa nasehat (poda) ajakan (tona) dan larangan (tokka).
Rumah ibadahnya disebut “Parsaktian”. Mereka beribadah setiap Sabtu. Mereka mempunyai “dewa-dewi” yang disebut “Malim ni debata” antara lain Batara Guru, Debata Sori dan Bala Bulan, Si Boru Deak Parujar, Si Boru Saniang Naga dan Nagapadohaniaji. Mereka berdiam di Banua Ginjang. Mereka juga mempunayi “nabi-nabi yakni sosok manusia yang mendapat berkat. Mereka adalah Raja Uti, Tuhan Simarimbulubosi, dan Sisingamangaraja.
Mereka juga mengakui Raja Na Opat puluh Opat (44). Istilah 44 tidak bersifat personal, melainkan jamak. Ia bisa lebih dari satu orang. Istilah ini merujuk pada konsep religius agamanya bahwa orang Batak baru akan tentram bila menerapkan 4 hal. Yakni somba marhula-hula, elek marboru, manat mordongan tubu dan uddut maraja. Empat sendi kehidupan itu disebut “Suhi Ampang Na Opat”. Namun poin terakhir (uddut maraja) dihapus oleh kolonial sehingga menjadi 3 yang dikenal dengan“Dalihan Na Tolu” .
Itulah tugas Raja 44, yaitu mengembalikan konsep religius itu seperti semula, Parmalim percaya bahwa Raja Na Opat puluh Opat berada di berbagai penjuru dunia.
Sipaha Lima
Salah satu hari besar Parmalim adalah Sipaha Lima. Sipaha Lima adalah bulan kelima dalam kalender Batak. Bulan kelima dalam kalender Batak ini biasanya jatuh pada Juni-Agustus kalender Masehi. Untuk memastikan tanggalnya mereka melihat posisi bulan. Tahun ini Sipaha Lima dirayakan 5-7 Juni 2017 lalu. Perayaan itu biasanya digelar di Huta Tinggi, Laguboti, Toba Samosir.
Sipaha Lima merupakan pemulihan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Dalam perayaan itu Parmalim meminta pengampunan serta mempersembahkan kurban yang disebut “pelean”. Kurban yang dipersembahkan yakni sapi atau lembu yang disebut “lobbu sitio-tio” dengan syarat tertentu. juga disertakan beragam panganan seperti ayam yang sudah dimasak sedemikian rupa, itak gurgur, telur, sirih dan jeruk perut, dan lainnya.
Panganan-panganan tersebut dihaturkan di langgatan (altar) berupa prototipe “parsaktian”.
Sementara di dahan-dahan borotan (tempat kerbau diikat) dihiasi arketif burung-burung. Burung-burung ini adalah simbol “manuk-manuk hulambujati” yang berkaitan dengan kisah penciptaan manusia.
Sebelum dipersembahkan panganan-panganan itu disucikan di ruangan khusus yang disebut Bale Parpittaan. Selanjutnya ihutan, Pemimpin Parmalim, tampil memimpin upacara. Lebih dulu ia mensucikan lokasi upacara, petugas dan umat. Puncak upacara adalah dengan memanjatkan doa-doa dan persembahan kepada Debata Mulajadi Nabolon dan para Malim Ni Debata. Setiap doa diakhiri gondang sabangunan berbunyi. Seluruh umat manortor dalam irama ritmis. Dalam keheningan itu mereka berdialog dengan Tuhannya.