Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Industri perikanan di Indonesia Timur memegang peran penting bagi perikanan Indonesia. Sekitar 60% sumberdaya ikan ada di perairan Indonesia Timur.
Selain itu, perikanan skala kecil mendominasi usaha perikanan di wilayah ini, koperasi telah memberikan peran penting bagi pemberdayaan perikanan skala kecil.
Untuk itu, wilayah Indonesia Timur memiliki posisi strategis untuk pengembangan perikanan skala kecil, dengan penguatan sosial ekonomi menjadi fokus penting.
Ketua FK2PT Agus Suherman mengatakan wilayah pengelolaan perikanan (WPP) khususnya 714 Laut Banda sampai 718 Samudera Pasifik telah dikenal sebagai lumbung tuna khususnya cakalang dan tuna sirip kuning (yellowfin). Bahkan, kurun waktu 1968-1978 bangsa Indonesia bersama Jepang menyepakati Banda Sea Agreement I-III sebagai bentuk kerjasama atas kapal-kapal Jepang yang melakukan operasi penangkapan di sekitar Laut Banda.
Perikanan skala kecil khususnya di wilayah timur juga sangat didukung adanya keberadaan koperasi perikanan sebagai wujud dari ekonomi yang berpihak kepada masyarakat.
"Dulu di Selat Lembeh Bitung kita mengenal bagi hasil antara nelayan bagan penangkap ikan teri untuk umpan hidup kapal Skipjack Pole line (SPL), dimana nelayan bagan menerima 20% dari harga jual hasil tangkapan kapal SPL. Koperasi perikanan Indonesia juga pernah berjaya di era 1980-1990-an," terangnya dalam webinar Temu FK2PT dilansir dari keterangan tertulisnya, Rabu (15/7/2020).
Untuk itu, lanjut Agus momentum peringatan Hari Koperasi Nasional ke-73 pada tanggal 12 Juli 2020 lalu, dapat kita jadikan spirit dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.
Namun di sisi lain, Agus mengutarakan terdapat salah satu kelemahan daya saing dari produk perikanan Indonesia dari wilayah timur, yaitu masalah biaya logistik yang masih tinggi.
"Upaya-upaya sinergitas BUMN dan koperasi perikanan perlu dicarikan solusi. Bisa jadi, pemerintah dapat menugaskan, misalnya BUMN Cluster Pangan seperti Perum Perindo, PT Perikanan Nusantara, PT BGR Logistik (Bhanda Ghara Reksa) membuka simpul-simpul jalur distribusi produk perikanan melalui tol laut perikanan," usul Agus.
Sementara, penyediaan reefer container (kontainer berpendingin) dan harga logistik yang kompetitif akan memberikan keuntungan bagi nelayan. Dengan asumsi minimal 3000 refer container setahun dari wilayah timur ke Jakarta dan Surabaya, dengan kapasitas 18 ton/per kontainer dan tingkat efisiensi 1000/kg saja maka akan ada Rp 54 miliar/tahun yang dapat dinikmati oleh koperasi maupun nelayan melalui harga jual yang lebih baik.
Apalagi, jika pemerintah menyediakan kapal pengangkut khusus produk perikanan, akan semakin baik harga yang diterima para nelayan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, Sulkaf S. Latief, juga mengharapkan agar dilakukan akselerasi dalam pelaksanaan kebijakan perikanan tangkap melalui percepatan perizinan, pemangkasan birokrasi, transformasi ekonomi dan mengatasi tumpang tindih antar sektor. Upaya ini disertai dengan peningkatan pengawasan, penggunaan teknologi untuk pengawasan dan peningkatan peran observer.
Sementara itu, Ketua Koperasi Nelayan Santo Alvin Pratama Kota Ternate Maluku Utara, mengutarakan pandemi COVID-19 telah memberikan dampak dan permasalahan yang cukup berarti bagi koperasi ini.
Berkurangnya permintaan pasar telah menyebabkan stok ikan di cold storage meningkat, sementara itu terjadi peningkatan biaya produksi akibat terhambatnya suplai BBM dan bahan makanan ke kapal termasuk biaya listrik. Peningkatan biaya juga terjadi pada biaya jasa logistik cargo untuk pemasaran ikan.
Hermanto yakin melalui peran pemerintah untuk dapat menekan biaya produksi dan membuka kembali peluang pasar, di antaranya melalui penurunan biaya perijinan, percepatan resi gudang, penambahan sarana cold storage dan ABF, penurunan biaya listrik, penurunan biaya cargo dan pembukaan jalur transportasi.(dtf)