Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Aceh Besar. Mengantisipasi dampak musim kemarau dan menyukseskan musim tanam gadu, Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali meninjau sejumlah saluran irigasi di kabupaten penghasil padi terbesar di Provinsi Aceh tersebut.
Kunjungan ini merupakan langkah awal program 100 harinya usai dilantik menjadi bupati awal pekan lalu. Kunjungan selama dua hari berturut-turut, Sabtu (15/7) dan Minggu (16/7) itu untuk memastikan jaringan irigasi di lahan persawahan berfungsi dengan baik.
“Saya ingin melihat langsung di musim kering atau tanam gadu ini petani tidak sampai kesulitan mendapatkan air. Dan semua saluran irigasi bisa berfungsi dengan baik,” kata Mawardi saat meninjau pintu air irigasi Blang Bintang, Minggu (16/7/2017) Ia juga mengimbau fungsi irigasi agar dapat dimaksimalkan dengan tata kelola pembagian air yang baik. Bila pengairan ini berfungsi maksimal, maka tanam gadu yang telah dilakukan sebagian petani akan berproduksi dengan baik dan tidak terjadi gagal panen. “Inti dari pertanian adalah air, karena itu air harus dijaga oleh masyarakat. Apabila air banyak, maka banyak hal yang bisa dilakukan. Demikian pula sebaliknya, tanpa air, lahan pertanian akan mengalami kesulitan,” kata Mawardi. Usai mendapatkan semua data dan sekaligus melihat langsung saluran irigasi, Mawardi akan segera melakukan koordinasi dengan dinas terkait, seperti PU, Pertanian, Pangan dan staekholder terkait lainnya. “Nanti dengan instansi terkait ini dibicarakan bagaimana menyelamatkan musim tanam gadu tahun ini, dimana ada sebagian wilayah di Aceh Besar telah menanam padi,”ungkapnya. Mawardi menambahkan, akibat musim kemarau, debit air saat ini tidak bisa mencukupi mengairi seluruh luas areal persawahan 8.000 ha. Areal yang teraliri hanya 3.500 ha. Maka areal yang tidak teraliri saluran irigasi dibantu mesin pompa. “Hari ini kendala masyarakat untuk operasional pompa tidak ada minyak dan ini nantinya akan di tanggung oleh Dinas PU. Dan juga kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah dalam saluran irigasi seperti yang terjadi di irigasi Krueng Jreu, dan irigasi Krueng Aceh di Blang Bintang,” katanya. Anggota DPR Aceh, Sulaiman Ali yang juga ikut dalam peninjauan tersebut menyatakan, persoalan debit air di Aceh Besar butuh perhatian bersama. baik pemerintah maupun masyarakat petani. “Jadi petani harus merasa memiliki saluran irigasi dan juga pemerintah perlu membenahi tata kelola air. Artinya manajemen air dilakukan dengan baik agar tidak ada air yang hilang. Sehingga persoalan ini tidak terus berulang,”ujarnya.