Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis – Aceh Besar. Kadis Pertanian Aceh Besar, Ahmad Tarmizi, mengatakan, sekitar 5.000 hektare tanaman padi terancam gagal panen akibat kemarau berkepanjangan yang melanda Provinsi Aceh.
“Sekitar 5.000 ha lebih tanaman padi di 6 kecamatan, sehingga petani di Kuta Cot Glie, Indrapuri, Sukamakmur, Simpang Tiga, Ingin Jaya, dan Kecamatan Kuta Baro mengalami puso,”kata Tarmizi kepada wartawan, Selasa (25/7/2017).
Apalagi, katanya, sebagian besar petani sudah memotong padi yang sedang berbulir tersebut untuk makanan ternak. Hal tersebut merupakan salah satu ekses dari kekeringan yang melanda Provinsi Aceh, termasuk Aceh Besar dalam beberapa bulan terakhir.
“Kami sebelumnya telah meninjau tanaman padi yang fuso di enam kecamatan tersebut, dan semua tanaman itu sudah kering, bahkan banyak yang sudah dipotong untuk makanan ternak karena puso,”ungkapnya.
Ia menyebutkan, setiap hektare tanaman padi yang puso itu diperkirakan petani sudah mengeluarkan biaya sekitar Rp 4 juta. Jadi, jika ditotal kerugian yang dialami petani di enam kecamatan itu mencapai Rp 20 miliar.
“Jumlah itu bisa bertambah lagi jika luas tanaman padi yang puso juga terus bertambah,”ungkap Tarmizi.
Biaya yang sudah dikeluarkan petani, jelas Tarmizi, antara lain untuk benih, pupuk, biaya olah tanah, biaya tanam, dan biaya perawatan. Dikatakan, tanaman padi yang kekeringan itu umumnya merupakan sawah tadah hujan.
“Tapi, jika kekeringan terus berlanjut, bukan tak mungkin sawah yang memiliki juga akan mengalami hal yang sama. Sebab, dari hari ke hari debit air dalam irigasi semakin berkurang,” jelas Tarmizi.
“Jika ada sumber air terdekat dengan sawah yang tanaman padinya masih ada kemungkinan untuk diselamatkan, kita akan bagikan mesin pompa air kepada petani agar mereka bisa mengairi sawahnya. Tapi, jika tak ada sumber air, kita hanya bisa pasrah sambil sama-sama berdoa agar turun hujan,” tambah Tarmizi.
Bahkan, katanya, masyarakat di sejumlah desa di Aceh Besar sudah melaksanakan shalat minta hujan.
Dengan gagalnya panen pada areal 5.000 hektare tersebut, tambah Tarmizi, petani di enam kecamatan itu dipastikan kehilangan pendapatan sekitar Rp 139,5 miliar. Jumlah itu, menurutnya, dengan asumsi setiap hektare tanaman padi dalam kondisi normal akan menghasilkan gabah 6,2 ton.
“Dengan harga gabah saat ini Rp 4.500.000 per ton, maka pendapatan petani yang hilang setiap satu hektare tanaman padi adalah Rp 27.900.000. Jadi, jika 5.000 hektare, pendapatan petani yang hilang mencapai Rp 139,5 miliar,”pungkasnya.
Editor: Sasli Pranoto Simarmata