Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis-Medan. Berdasarkan penelitian geologis, Gunung Pusuk Buhit merupakan sisa dari letusan Gunung Toba 75.000 tahun silam.
Dari penelitian itu disebutkan Gunung Toba pernah meletus sebanyak 3 kali. Masing-masing terjadi pada 800.000, 300.000, 75.000 tahun yang lalu. Tiap kali ia meletus, memunculkan kaldera-kaldera baru.
Letusan pertama menciptakan kaldera di wilayah selatan, yakni Kaldera Porsea-Balige. Letusan kedua melahirkan kaldera di utara, yakni Kaldera Haranggaol. Letusan ketiga menimbulkan Kaldera Sibandang dengan Pulau Samosir. Letusan terakhir memunculkan Kaldera Bakkara dengan Pulau Simamora sebagai lubang magmanya.
Tetapi ada juga penelitian yang menyebutkan gunung itu meletus sebanyak 4 kali. Yang terakhir terjadi pada 45.000 tahun lalu. Seperti yang dituang dalam eksplorasi Ring of Fire Gunung Toba, yang dipublis Kompas beberapa tahun lalu, Gunung Toba merupakan gunung purba yang paling besar yang pernah ada.
Namun di balik peristiwa geologis itu, ada banyak kisah yang ada di seputaran Gunung Pusuk Buhit. Kisah-kisah yang sepintas lalu dianggap mitos itu, masih diyakini kebenarannya oleh sebagian besar masyarakat Batak Toba.
Seperti yang diyakini masyarakat Batak Toba pada umumnya, di gunung inilah pertama kali, Deak Parujar, yang menurut keyakinan tradisi merupakan dewi penciptaan orang Batak, memulai menciptakan kehidupan.
Ia pun menurunkan generasi selanjutnya, yakni Si Raja Batak. Si Raja Batak inilah yang kemudian dianggap generasi awal dimulainya peradaban modern masyarakat Batak. Beberapa kisah lain yang tetap terawat itu seperti diuraikan berikut ini.
7 Lapis Bukit
Untuk sampai ke puncak Pusuk Buhit, khususnya jika melalui jalur dari Desa Limbong, kita akan melewati 7 bukit. Pusuk Buhit memang terdiri atas berlapis-lapis bukit. Melewati bukit satu persatu, adakalanya semakin menjauhkan kita dari puncak yang sebenarnya.
Hal ini disebabkan luasnya diameter gunung ini, serta rute pendakian yang melingkar, sehingga di satu titik kita menjauh dari puncak. Seringkali para pendaki putus asa karena merasa telah mencapai puncak. Padahal puncak yang sebenarnya justru masih sangat jauh.
7 Rupa Raja Uti
Dalam kosmologi Batak (Toba), Raja Uti, yakni cucu dari Si Raja Batak, mendapat tempat terpenting. Ia perantara manusia dengan Mulajadi Nabolon.
Raja Uti adalah peletak dasar hukum dan aturan masyarakat Batak. Ia disebut sakti dan hidup abadi. Raja Uti menjadi pusat spiritual bagi masyarakat Batak. Raja Uti pun memiliki 7 rupa dan penyebutan, yakni Ompu Raja Uti, Ompu Raja Pusuk Buhit, Ompu Raja Gumelleng-gelleng, Ompu Raja Biak-biak, Ompu Raja Parhata, Ompu Raja Hasaktian dan Ompu Raja Hatorusan.
Air Pancur 7 Rasa 7 Nama
Desa Aek Sipitu Dai, Limbong, yang berada di kaki Pusuk Buhit menjadi begitu terkenal karena di sini terdapat sumber mata air yang cukup unik. Mata air berupa 7 pancuran ini, berasal dari resapan air di kaki Pusuk Buhit yang tersaring oleh sebatang Hariara (beringin).
Meski bersumber dari satu mata air, namun ia memiliki 7 rasa, yang keluar dengan deras dari 7 pancuran itu. Ke-7 rasa itu yakni, masam, pekat, asin, tawar, kelat, kesat, pahit. Masing-masing pancur juga memiliki nama yang mempunyai pengertian tertentu.
Ke- 7 nama itu ialah pansuran ni dakdanak, yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya. Pancuran ni sibaso yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang tidak melahirkan lagi. Pansuran ni ina-ina yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat melahirkan. Pansur ni namarbaju yaitu tempat mandi gadis-gadis. Pansur ni pangulu yaitu tempat mandi para raja-raja. Pansur ni doli yaitu tempat mandi para lelaki. Pansur Hela yaitu tempat mandi para menantu laki-laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong.
7 Batu Sakral
Di Pusuk Buhit juga setidaknya terdapat 7 batu yang disakralkan. Pensakralan itu sebenarnya bukan terletak pada batu-batu itu, namun kisah yang ada di baliknya.
Ke-7 batu tersebut, masih berkaitan dengan kisah-kisah Raja Uti, yang teramat disakralkan itu. Ketujuh batu itu antara lain; batu cawan, batu losung, batu sondi, batu lubang, batu partonggoan, batu hobon, batu parhusipan. Ketujuh batu ini dipercaya keramat khususnya oleh masyarakat setempat.