Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Tengku Dicky adalah sala-satu keluarga keturunan kerajaan Melayu. Ia juga seorang pengusaha songket Melayu.
Kepada medabisnisdaily.com, di Jalan Petula, Kecamatan Medan Baru, ia bercerita tentang songket Melayu. Kain khas tanah Deli itu, katanya, kini mulai diperhitungan setelah sebelumnya mulai tergerus oleh kehadiran budaya modern. Gairah berbisnis songket Melayu pun mulai dirasakan olehnya kini.
"Songket merupakan kerajinan tradisional bagi orang Melayu, disepanjang garis pantai timur pulau Sumatera dari Aceh sampai Lampung hampir keseluruhannya memiliki kerajinan bertenun songket" tutur Tengku Dicky, Selasa (1/8/2017).
Lalu, ia bercerita, songket bermula digunakan di kalangan raja-raja Melayu. Yang memakai pastilah raja beserta turunannya. Kain songket bisa ditemukan di sepanjang pantai timur, mulai dari Propinsi Aceh sampai Provinsi Lampung.
"Pada awalnya songket hanya dipakai di dalam istana saja, baik sebagai pakaian, dekorasi, keperluan adat istiadat. Corak songket sendiri juga bukan dibuat asal-asalan. Masing-masing corak ataupun motif mempunyai makna dan filosofi tersendiri bagi orang Melayu," kata pria berkacamata itu.
Ia pun melanjutkan ceritanya, penggemar kain songket saat itu juga berasal dari masyarakat berkelas. Umumnya kalangan atas. Ini dikarenakan harga kain songket yang dinilai tinggi. Peminat kain songket biasanya tahu persis bagaimana proses pembuatannya dan nilainya. Jadi, wajarlah, katanya, penggemar songket umunya adalah kalangan tertentu.
Harga kain songket, kata Tengku Dicky, bervariasi. Mulai dari Rp 500.000 sampai jutaan, tergantung dari jenis benang, lamanya proses pembuatan, dan motif. Hingga kini, penggemar songket yang dibuat secara manual masih berasal dari kalangan ibu pejabat dan sosialitas. Sementara masyarakat kalangan menengah ke bawah banyak membeli songket yang dibuat dari mesin. "Songket mesin diproduksi dan diimpor dari Cina dan Thailand," ungkap Tengku Dicky.
Kendati sudah masuknya songket-songket impor, ia tetap teguh menjalan bisnisnya itu. Kini, ia telah menjual songket hingga mancanegara. Seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Permintaan songket Melayu, katanya, memang masih berasal dari negara serumpun.
"Karena pembuatan lama, produksinya sesuai permintaan. Permintaan bisa sampai lima sampai sepuluh kain. Itu juga tidak tentu. Kalau dalam rangka hari besar, permintaan banyak," pungkasnya.