Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Bisnis sablon rupanya bukanlah bisnis kacangan. Bisnis yang sudah ada sejak lama di Kota Medan ini membuat sejumlah pelaku usaha di sektornya menjadi jutawan.
Tercatat, sudah ada 53 pebisnis sablon di ibu kota Sumatera Utara (Sumut) ini. Hingga mereka akhirnya membentuk Komunitas Forum Industri Sablon Sumatera Utara (Fissum). Seperti yang diketahui, sejarah sablon berkembang di Jepang. Pada zaman Kaisar Jepang dikeluarkan sebuah larangan memakai kimono yang bertuliskan dari tangan.
Perkembangan sablon kemudian merambat ke Eropa. Sekitar tahun 1851-1862 dan 1868. Saat itu sablon diperkenalkan oleh Joseph Swan. Ia adalah pebisnis pertama di bidang sablon saat itu.
Lalu, Samuel Simmon mendapatkan hak paten mengenai teknik sablon yang diciptakannya sejak 1 Juli 1907. Teknik tersebut menggunakan bahan Chiffon sebagai pola dalam mencetak. Setelah berkembang di Inggris, mulailah merambah Amerika Serikat dan muncul teknik silk screen printing.
Setelah perang dunia ke-2 perkembangan teknik sablon semakin gencar. Inovasi mengenai cetak sablon mulai modern dengan teknik cetak saring. Sekarang pada teknik-teknik sablon sudah berkembang hingga menggunakan mesin dan printer. Banyak muncul industri dan usaha cetak sablon.
Di Kota Medan sendiri, perkembangan bisnis Sablon cukup potensial. Dari bisnis ini pundi-pundi yang dihasilkan bukanlah sedikit. Ketua Komunitas Forum Industri Sablon Sumatera Utara (Fissum) Hendro mengatakan bisnis sablon masih terbilang 'seksi'. Sablon masih dianggap sebagai kebutuhan masyarakat, perorangan, maupun korporasi," katanya kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (2/8/2017).
Banyaknya jumlah pebisnis sablon di Kota Medan, katanya, menandakan kalau bisnis ini tetap tidak ditinggalkan. Bila dibanding dengan produk asal Bandung, ia yakin produk sablon asal Medan tak kalah bagusnya. Hendro mengatakan, mulai dari desaign dan harga sudah sama dengan di Bandung. "Kalau mungkin dulu, sablon yang bagus itu dari Bandung. Sekarang sudah sama saja. Cuma, image masyarakat kepada produk sablon buatan Bandung masih melekat sampai sekarang," ujarnya.
Fissum yang terbentuk awal April 2017, katanya, sangat memberikan manfaat bagi pebisnis sablon. Selain bisa bertukar informasi, sharing ide, juga menambah pemesanan.
Owner PGT Art Production, Pantau Gani Tarigan sudah menekuni bisnis ini selama 11 tahun. Apalagi, ucapnya, sablon T-Shirt yang dianggap terus duminati oleh kaula muda. Dalam sebulan, ia bisa meraup omzet Rp 20 juta meski dengan 2 karyawan. "Untuk anak muda, omset segitu cukup menggiurkan" ungkapnya sambil tertawa.
Bisnis sablon yang ia jalankan itu awalnya hanya melakukan pemesanan dari jumlah kecil. Kemudian, lambat laun, pemesanan semakin meningkat seiring dengan market yang ia kembangkan semakin luas. "Awalnya jualnya ke kawan-kawan dulu, promosi dari kawan-kawan. Kalau brand sudah terbangun barulah kita memperhatikan mutu dan kualitas," pungkasnya.