Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com- Medan. Industri sablon kian berkembang. Para pelakunya juga harus terus berinovasi agar bisa bersaing. Sepanjang perkembangannya industri sablon terus berinovasi mengikuti permintaan pasar yang begitu tinggi, apalagi saat-saat musim politik, seperti pemilu legislatif dan Pilkada. Jika dulunya metode teknik sablon manual, maka kini menggunakan sistem digital.
Teknik pemasaran juga berkembang. Para pelaku industri ini kini memanfaatkan media online untuk memasarkan produknya.
Ketua Forum Industri Sablon Sumatera Utara (FISSUM), Hendro, menceritakan seluk beluk perkembangan bisnis sablon di provinsi ini, khususnya Kota Medan.
Kepada medanbsinisdaily, Jumat (4/8/2017), pria bertubuh gempal ini menceritakan industri sablon di Sumut saat ini cukup prospek dan diminati, khususnya di kalangan anak muda. Selain karena taste yang dimiliki para kaula muda dalam menciptakan sebuah karya seni, sablon juga sangat menguntungkan dalam segi bisnis.
Kendala yang sering dihadapi oleh para pengusaha sablon, terangnya, saat ini berkembang pemikiran di masyarakat bahwa sablon digital itu lebih baik dari manual.
Padahal, terang Hendro, hal itu tidaklah tepat. "Padahal, bisa jadi manual lebih bagus, ini tergantung selera" ungkapnya.
FISSUM yang beranggotakan 53 usaha sablon memang rata-rata memakai metode sablon manual.
Menurut Hendro, memang mesin digital adalah solusi bagi permintaan pasar yang cukup tinggi, apalagi ada orderan yang cukup besar.
"Kita lakukan edukasi ke market yang dominan memakai jasa sablon ini, mengenai sablon manual dan digital. Memang sebagian pelaku industri ini sudah beralih ke mesin digital dalam memproduksi sablonnya, untuk memenuhi permintaan pasar yang cepat dan jumlah yang besar. Namun kami tetap fokus pada sablon manual, karena punya karakteristik tersendiri,” ujarnya.
Hendro yang membuka usaha sablon di Kecamatan Medan Johor ini juga memaparkan bagaimana bisnis sablon Sumut sudah menembus pasar Eropa dan Asia.
"Saat ini penjualan sablon kita sudah sampai Eropa dan Asia dengan membawa konsep Batak etnik sebagai platformnya" tutur Hendro.
Soal keuntungan, Hendro, mengatakan, dalam sebulan rata -rata bisa mengerjakan orderan 120 pcs - 150 pcs kaos.
"Kalau saya dibantu 5 orang, biasanya nerima orderan 120 pcs- 150 pcs dengan harga berkisar Rp 120.000-Rp 150.000 itu untuk harga pemesanan dalam jumlah satuan. Kalau pemesanan cukup banyak harga sudah pasti akan lebih murah. Keuntungan bisa sampai 40% dari omset. Itu hari biasa, kalau menjelang pilkada kadang kita sampai kerepotan nerima orderan," paparnya.
Lanjut Hendro, dari berbagai jenis tinta sablon, jenis rabber dan plastisol adalah jyang paling diminati konsumen.
Hendro juga membeberkan bagaimana pelaku industri ini sudah merambah media online sebagai wadah menjual jasanya. Jadi pelanggan yang berada di luar Sumut bisa memesan melalui online.
"Sebagian anggota FISSUM sudah ada yang bisa pesan online. Kami lagi membuat sebuah modul untuk market pasar online yang dapat dipakai untuk semua pelaku bisnis, khususnya FISSUM, untuk menjual jasanya ke pasar yang lebih luas. Semoga kalau sudah jadi dapat dipakai pebisnis sablon seluruh Indonesia," tutup Hendro.