Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) hari ini menandatangani Head of Agreement (HoA) pasokan gas bumi lapangan Jambaran-Tiung Biru. PLN akan membeli gas sebanyak 100 MMSCFD dari lapangan tersebut dari Pertamina dengan harga US$ 7,6/MMBTU.
Harga tersebut flat selama 30 tahun dari 2020 sampai 2050, tidak ada kenaikan. Harga sudah termasuk biaya distribusi, gas sampai dengan harga US$ 7,6/MMBTU di pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa 3.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, menyatakan bahwa kesepakatan ini menguntungkan kedua belah pihak. Pertamina mendapatkan harga yang cukup ekonomis dan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PLN bisa terjaga karena harga gas tak terlalu tinggi.
"Harganya jadi Pertamina sepakat dengan PLN flat sepanjang 30 tahun sampai kontrak berakhir US$ 7,6/MMBTU. Dengan harga gas itu at least BPP tidak naik," kata Arcandra usai penandatanganan HoA di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Gas tersebut akan dialirkan melalui pipa transmisi Semarang-Gresik. Arcandra pun meminta Pertamina untuk mempercepat pembangunan pipa, jangan sampai pipa belum selesai ketika gas sudah siap mengalir. "Langkah selanjutnya adalah pipa Gresik-Semarang harus dibangun secepatnya," tukasnya.
Selain untuk kelistrikan, gas dari Jambaran-Tiung Biru juga akan dijual ke industri di sekitar jalur pipa Gresik-Semarang. "Sebagian gas Jambaran-Tiung Biru juga akan dipakai oleh industri. Gas menjadi penggerak ekonomi, bukan lagi komoditi," ucap Arcandra.
Sementara itu Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan Pertamina, Yenni Andayani, menjelaskan bahwa harga gas Jambaran-Tiung Biru di hulu sebesar US$ 6,7/MMBTU. Lalu ditambah tarif pipa US$ 0,9/MSCF, maka harga gas jadi US$ 7,6/MMBTU sampai di pembangkit PLN.
"Harga gas di hulu US$ 6,7/MMBTU, tarif pipa US$ 0,9/MSCF, tidak ada biaya lain-lain. Kami tekan cost-cost," ujarnya.
Pipa Gresik-Semarang ditargetkan selesai dibangun pada pertengahan 2018, jadi sudah siap dipakai saat gas on stream di akhir 2020 atau awal 2021. "Pipa Gresem diharapkan selesai 2018 pertengahan, jadi sudah siap walau gas masuk belakangan," tutupnya. (dtf)