Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Setelah ExxonMobil resmi mengembalikan Blok East Natuna kepada pemerintah Indonesia pekan lalu, kini Pertamina mencari partner (mitra) baru untuk menggarap ladang gas terbesar Indonesia itu.
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam, mengatakan bahwa sudah ada beberapa perusahaan yang berminat menjadi anggota konsorsium baru di Blok East Natuna.
"Masih dalam proses persiapan. Ada beberapa perusahaan yang mengindikasikan berminat untuk menjadi anggota konsorsium," kata Alam, Rabu (9/8).
Ia menambahkan, Pertamina memerlukan mitra karena pengembangan Blok East Natuna membutuhkan biaya investasi yang besar dan teknologi tinggi. BUMN perminyakan itu tak mungkin menggarap East Natuna sendirian.
"Karena itu biayanya cukup tinggi, kita pastikan kita enggak mungkin sendiri. Kita lagi cari ulang partner dulu, kita mulai lagi dari awal," ucapnya.
Cadangan gas Blok East Natuna yang mencapai 46 triliun kaki kubik (TCF) sudah berhasil ditemukan sejak 1973 alias 44 tahun lalu. Cadangan gas di East Natuna merupakan yang terbesar di Indonesia, jumlahnya mencapai 4 kali lipat Blok Masela.
East Natuna direncanakan mulai memproduksi gas hingga 1.000 MMSCFD pada 2027. Nilai proyeknya hingga memasuki tahap produksi saja diperkirakan sudah mencapai US$ 40 miliar alias Rp 520 triliun.
Kesulitan dalam pengembangan Blok East Natuna adalah kandungan CO2 yang mencapai 72% sehingga diperlukan teknologi khusus untuk memproduksi gasnya, biayanya pun pasti mahal.
Perairan Natuna bagian timur terancam dicaplok, China mengklaim daerah tersebut sebagai wilayahnya karena masuk dalam 9 garis batas di Laut China Selatan. Indonesia harus segera melakukan aktivitas di sana untuk menunjukkan kedaulatan.(dtf)