Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95% pada kuartal II-2017, naik sedikit dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,94%. Sehingga pertumbuhan ekonomi totalnya 5,01%.
Masyarakat disebut lebih memilih untuk menyimpan uang di tabungan dan menahan diri ketimbang menginvestasikan atau membelanjakan uangnya.
Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) periode Juli 2017 menyebutkan ada penghentian belanja sementara dari kelompok masyarakat yang memiliki pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara penurunan belanja oleh kelompok tersebut terjadi karena masyarakat masih melakukan wait and see.
"Bisa dikatakan kelompok yang pengeluarannya di atas Rp 5 juta memang menahan belanja dan mengalihkan uangnya ke simpanan karena ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dan politik menurun," kata Bhima, Rabu (9/8).
Situasi politik yang sering gaduh menimbulkan ketidakpastian bagi masyarakat umum. Dia menyebutkan dari Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha yang BI keluarkan terjadi penurunan belanja sejak Mei 2017 hingga Juli 2017.
"Kelompok masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta memang berekspektasi terhadap kondisi ekonomi 6 bulan ke depan. Jadi masih menimbang-nimbang dulu," tambah dia.
Dia menambahkan, hal sesuai dengan kenaikan jumlah simpanan di perbankan pada bulan Mei dengan pertumbuhan DPK hingga 11% (yoy).
Selain itu, masih dari kondisi keuangan konsumen pada Juli 2017 terjadi peningkatan pada porsi pembayaran cicilan pinjaman. Hal ini mendorong konsumen untuk mengurangi porsi pengeluaran konsumsi dan tabungan.
Hal ini tercermin dari rata-rata proporsi pengeluaran konsumen untuk pembayaran cicilan pinjaman yang meningkat dari 14,5% pada bulan sebelumnya menjadi 15,4%. Sebaliknya porsi konsumsi menurun dari 64,5% menjadi 64% dan porsi tabungan menurun dari 21% menjadi 20,6%. (dtf)