Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Polemik daya beli masyarakat yang dianggap lesu berawal dari dari tingkat konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh tipis di kuartal II menjadi 4,95% dari kuartal sebelumnya yang hanya sekitar 4,94%. Sementara penjualan ritel yang dicatat oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) hingga akhir Juni hanya tumbuh sekitar 3,7%.
"Semester pertama kita pakai data Nielsen, sampai Juni itu 3,7% sampai puncak Lebaran," kata Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta di Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Tutum menyebutkan, realisasi pertumbuhan di 2017 jauh lebih rendah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang selalu mencapai dua digit alias sekitar 10-14%.
"Biasanya di atas 10%, ini kita tidak mengarang atau mengada-ada, kita juga selalu membuat alert kepada pemerintah, karena kita tetap menjalankan aktivitas biasa," jelas dia.
Menurut Tutum, puncak penjualan bagi ritel sektor makanan akan tergantung dengan tiga aktivitas besar seperti Lebaran, liburan sekolah, dan tahun baru. Namun, momen Lebaran yang jatuh di periode Juni, tidak memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Tutum memperkirakan hingga akhir tahun pertumbuhan konsumsi sektor ritel di Indonesia tumbuh di kisaran 7-8%. Salah satu upaya yang dilakukan dengan memberikan promo potongan harga besar-besaran di pertengahan Agustus dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia.
"Perkirakan maybe yes maybe no mendekati 7%-8% itu sudah baik, kalau dari 2015 itu bisa full year itu 15%," tukas dia. (dtf)