Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. PT Pertamina (Persero) mencatat laba bersih US$ 1,4 miliar pada semester I-2017, atau turun 24% dibandingkan semester I-2016.
Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik, menjelaskan penurunan laba bersih ini merupakan dampak dari kenaikan harga minyak sebesar 30%.
Pada semester I-2016, rata-rata harga minyak mentah masih US$ 36,16/barel, sekarang sudah US$ 48,9/barel. Sementara pemerintah menetapkan tidak menaikkan harga BBM hingga akhir tahun. Hal ini membuat laba Pertamina tergerus.
"Secara rata-rata harga crude (minyak mentah) ada kenaikan hmpr 30% dari US$ 36,16/barel ke US$ 48,9/barel. Tentu ini menekan net income dan EBITDA karena pemerintah menetapkan tidak ada kenaikan harga BBM. Itu penyebab turunnya net income dan EBITDA," kata Massa, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/8).
EBITDA Pertamina juga turun, dari US$ 4,1 miliar pada semester I-2016 menjadi US$ 3,16 miliar di periode yang sama tahun ini. "Net income tertekan dari US$ 1,83 miliar menjadi US$ 1,4 miliar. Demikian juga EBITDA dari US$ 4,1 miliar menjadi US$ 3,16 miliar," ucap Massa.
Di sisi lain, pendapatan Pertamina tercatat US$ 20,5 miliar, tumbuh 19% dibanding semester I-2016 yang sebesar US$ 17,2 miliar. "Permintaan naik, revenue kita naik 19% ke US$ 20,5 miliar," papar Massa.
Penjualan bahan bakar minyak (BBM) pada semester I-2017 mengalami kenaikan 4% menjadi 32,6 juta kiloliter (KL). Demikian pula penjualan non-BBM berupa gas domestik, petrokimia, dan pelumas naik 6%.
"Peningkatan porsi penjualan BBM non subsidi juga berkontribusi pada kenaikan revenue Pertamina sepanjang semester pertama 2017," tutupnya. (dtf)