Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. PT Pertamina (Persero) telah mengirimkan proposal untuk menggarap Lapangan Russkoye di Rusia milik Rosneft, pada awal tahun ini.
Pengelolaan lapangan migas di Rusia ini merupakan bagian dari beberapa kesepakatan kerja sama Pertamina dan Rosneft, yang terbesar adalah di proyek kilang New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban.
Rencananya, Pertamina akan menguasai 37,5% hak kelola Lapangan Russkoye. Dari tiap lapangan di luar negeri, Pertamina menargetkan bisa membawa pulang minyak mentah hingga di atas 30.000 barel per hari (bph) untuk kebutuhan dalam negeri.
Namun ambisi Pertamina mencaplok ladang minyak di Rusia itu terhambat oleh aturan perpajakan. Pertamina harus membayar pajak yang besar untuk mengakuisisi lapangan dan membawa pulang minyak dari Rusia.
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam, mengatakan besarnya pajak tersebut membuat pengelolaan lapangan minyak di Rusia jadi kurang ekonomis bagi Pertamina.
"Rusia kelihatannya kita kesulitan di area pajak. Jadi keekonomian kita enggak bisa masuk karena value-nya kita harus tambahkan," kata Alam, saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/8).
Pertamina sudah membicarakan persoalan pajak ini dengan Rosneft. Masalahnya lagi, Rosneft tak bisa menunggu lama. Peminat Lapangan Russkoye bukan hanya Pertamina, kalau Pertamina tak segera membeli maka Rosneft akan menyodorkannya ke perusahaan migas lain.
"Sudah dibicarakan, tapi mereka (Rosneft) enggak bisa menunggu nih, karena aset itu sudah ditawar ke orang lain. Kita kan enggak bisa menahan terus sementara dia sudah ada yang mau beli. Jadi kita sampaikan bahwa untuk yang ini mungkin kita kesulitan untuk bisa melakukan closing. Sehingga ya silakan kalau mereka mau melakukan bisnis dengan yang lain," ucapnya.
Pihaknya pun pasrah, akuisisi Lapangan Russkoye kemungkinan besar gagal gara-gara masalah pajak. Ladang minyak itu bakal dicaplok perusahaan migas lain. Tapi asa Pertamina belum habis, siapa tahu ada peluang lain di Rusia.
"Mungkin kita cari yang lainnya aja. Kita belum identifikasi lapangan yang lain, tapi peluang itu bisa kita lakukan secara business to business (B to B) saja. Nanti kita bicara dengan Lukoil, dengan Rosneft, lapangan mana lagi yang bisa kita dapat peluang untuk masuk ke sana," tutupnya. (dtf)