Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan mekanisasi merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Bahkan, kemajuan teknologi akan menjadikan pertanian jaya sehingga Indonesia lumbung pangan dunia bisa terwujud.
"Yang bisa mengubah Indonesia yakni peneliti. Yang bisa mengubah dunia yakni teknologi. Yang mengubah pertanian yakni mekanisasi. Kejayaan pertanian ada di tangan litbang," kata Amran dalam keterangan tertulis dari Kementan, Kamis (24/8/2017).
Amran mengatakan hal itu saat menghadiri acara peluncuran inovasi teknologi mekanisasi modern hortikultura dan pemberian agroinovator award di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Kamis hari ini.
Pada kesempatan ini diluncurkan 24 alat dan mesin pertanian (alsintan) hasil rekayasa Badan Litbang Pertanian. Alat tersebut yaitu mesin otomatisasi perbenihan modern, penghancur tanah, pencampur tanah, penabur tanah, penggulud, pemasang mulsa, alat tanam, smart green house, alat panen, sterilisasi ozon, in-store controlled room (penyimpan), pengemas benih dan pompa hybrid.
Amran menjelaskan, teknologi mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produksi 10%, mengurangi kehilangan panen 10,2% dan mampu menghemat biaya produksi mencapai 40%. Contohnya, dulu panen 1 hektare membutuhkan waktu 25 hari. Namun dengan kemajuan mekanisasi pertanian saat ini, panen hanya 3 jam.
Mekanisasi pun dapat menyelamatkan kehilangan panen padi 10,2 persen atau setara 7 juta ton dengan nilai Rp 28 triliun. Kemudian dulu biaya untuk panen Rp 2 juta per hektare, tapi dengan teknologi mekanisasi hanya 1 juta per hektare.
"Analisis usaha tani dengan dukungan mekanisasi modern, alsintan yang dilaunching, dapat menekan biaya untuk bawang merah Rp 33,9 juta per hektare atau efisiensi 45 persen. Selain itu biaya untuk cabai Rp 28,6 juta per hektare atau efisiensi 38 persen dibandingkan secara manual," jelasnya.
Pemuda Turun ke Sawah
Amran mengungkapkan kemajuan teknologi mekanisasi pertanian saat ini berkat kerja keras para peneliti. Dulu jumlah peneliti 1.128 orang dan diberikan tugas untuk tidak membiarkan impor alsintan masuk. Hasilnya, kini Indonesia dapat memproduksi sendiri traktor roda 4 dan alat panen (combine harvester).
"2 Tahun lalu, peneliti pasrah seakan tidak ada masa depan dan harapan. Padahal peneliti sudah menghasilkan teknologi yang luar biasa tapi kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya. Karena itu, kami surati Menteri Keuangan, beri mereka royalti. Hasilnya mereka dapat Rp 3,5 miliar. Usahakan royalti naik Rp 100 miliar, Rp 200 miliar, kalau perlu Rp 1 triliun. Begitu caranya majukan pertanian, harus dengan mimpi besar," ungkapnya.
Selain itu, Amran menegaskan kemajuan mekanisasi dapat mendorong pemuda untuk terjun ke sawah menjadi petani. Pemuda memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi atau terobosan baru sehingga dapat mengoptimalkan dan membangunkan lahan tidur dan pasang surut.
"Kalau dulu para pemuda tidak mau ke sawah, tapi sekarang banyak yang menjadi petani, sambil bawa traktor bisa menelepon. Karena itu, bila pemuda bergerak, kita optimistis wujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dan merealisasikan Nawacita," tegasnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan, Muhamad Syakir menambahkan penerapan mekanisasi pertanian dalam usaha tani hortikultura merupakan salah satu bentuk transpormasi pertanian menuju modernisasi yang dicirikan produktivitas tinggi, efisien serta menghasilkan output yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi. Dalam tiga tahun terakhir, Balitbangtan telah menghasilkan inovasi teknologi hortikultura, peternakan, perkebunan, mekanisasi pertanian dan pendukung bidang masalah lainnya seperti bioteknologi, pemetaan, pemupukan, dan juga pascapanen pertanian.
"Badan Litbang Pertanian telah berhasil mengembangkan teknologi automatisasi sistem perbenihan modern untuk mendukung pengembangan produk hortikultura. Alsintan ini juga dapat digunakan untuk perbenihan komoditas lainnya. Pengembangan teknologi mekanisasi modern ini dikembangkan sampai paripurna, termasuk pengembangan kelembagaan produksi benihnya, baik swasta maupun kelompok tani," tutur Syakir.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Andi Nur Alam mengatakan untuk mensukseskan program swasembada komoditas hortikultura yakni bawang merah, bawang putih dan cabai, Kementan telah menghasilkan inovasi teknologi mekanisasi hortikultura yang terintegrasi mulai dari hulu ke hilir dan siap diterapkan. Inovasi teknologi ini telah dihasilkan dalam kurun waktu 4 bulan, yakni Mei hinga Agustus 2017 sebanyak 27 prototipe.
"Hasil produk prototipe diarahkan menjadi suatu sistem pendukung usahatani komoditas hortikultura khususnya bawang merah dari hulu sampai hilir yang akan diterapkan pada daerah sentra produksi," sebutnya.
Hadir pada kegiatan ini perwakilan Ombudsman, Bupati Kolaka Timur, para akademisi dan para pemuda tani yang tergabung dalam Program Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita). (dtf)