Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Petani jagung di Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mengaku kesulitan memperoleh pupuk subsidi jenis phonska dan SP36. Hal ini menyebabkan terganggunya usaha pertanian yang mereka lakoni.
“Sejak dua minggu belakangan ini sangat susah memperoleh pupuk phonska dan SP36. Baik di kios – kios pupuk, maupun di gudang tidak ada tersedia,” ungkap Sejahtera Pinem, petani jagung di Desa Kutagugung, Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo, Minggu (17/9/2017).
Menurut Sejahtera, idealnya bibit jagung yang telah ditanam diberi pupuk pertama setelah dua puluh hari. Sementara kondisi di lapangan, petani kesulitan memperoleh pupuk.
Kalau terlambat diberi pupuk, lanjutnya, perkembangan jagung tidak akan bagus yang pada akhirnya kualitas jagung yang ditanam tidak akan bisa maksimal.
“Kita harapkan pemerintah bisa cepat menyelsaikan masalah kelangkaan pupuk ini,” harapnya.
Sekretaris Komunitas Petani Jagung (KPJ) Kabupaten Karo, Sapta Sebayang ketika diwawancarai mengatakan, kelangkaan pupuk yang terjadi di tingkat petani jagung adalah kejadian yang sudah berulang – ulang.
Dikatakan Sapta, terdapat dua kemungkinan. Pertama, kios – kios pupuk megalami kekurangan modal atau ada unsur kesengajaan penebusan pupuk diperlambat. Kedua, pemerintah mungkin mengurangi jumlah pupuk subsidi.
“Mana yang terjadi masih perlu penelaahan lebih lanjut. Kita tanya di kios pupuk, mereka bilang distributor telat kirim barang dan pesanan terkadang datang 1 -2 bulan. Jadi petani pasti susah dapat stok pupuk,”kata Sapta.
Memang, lanjutnya, petani dapat melakukan alternatif lain dengan menggunakan pupuk non subsidi seperti Ammophos. Namun, biaya produksi menjadi lebih mahal. Dimana harga untuk 1 sak phonska Rp. 140.000, sedangkan pupuk ammophos Rp 300.000/sak.
“Bila terlambat melakukan pemupukan jagung dengan menunggu tersedianya stok pupuk, produksi bisa menurun. Dengan kondisi kelangkaan seperti ini memang pilihan terbaik petani adalah menggunakan pupuk non subsidi,” tandas Sapta.