Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Ada 1.000 lebih pilot ab initio (pilot pemula) Indonesia belum mendapatkan pekerjaan. Perkumpulan Institusi Pendidikan Penerbangan Indonesia (PIP2I) mengatakan hal itu karena penyerapan kebutuhan pilot di maskapai masih rendah.
"Bahwa isu ada 1.200 pilot pemula yang menganggur belum ada kepastian (jumlahnya). Itu juga tidak lulusan Indonesia saja tetapi banyak yang sekolah di Filipina, Amerika Serikat, Australia, New Zealand. Mereka cari pekerjaan di sini (Indonesia)," kata Wakil Ketua PIP2I, Capt Deddy Suparli, di Klub Persada, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (20/9).
Permasalahannya, menurut Deddy, para pilot pemula ini masih menganggur karena kebutuhan pilot di maskapai rendah. "Kemudian pemasalahan belum terserapnya itu karena daya serapnya rendah seperti maskapai yang rencananya beli sekian pesawat kenyataannya tidak sesuai jumlahnya karena perizinan, izin operasionalnya juga mereka terbatas di situ, lalu juga masih banyak maskapai yang mengunakan pilot-pilot asing," papar dia.
Ke depan, Deddy berharap pemerintah melakukan pembicaran dengan para maskapai sebenarnya apa yang dibutuhkan. Deddy pun menawarkan berbagai opsi mulai dari peningkatan kembali pengetahuan dan kemampuan pilot hingga perubahan masa usia pensiun pilot.
"Ke depan misalnya pemerintah akan menyeleksi pertama 100 orang kalau ada yang kurang misalnya knowledgenya ditambah, kurang bahasa Inggrisnya ditambah bahasa Inggrisnya, kemudian dilengkapi dengan type rating, dan kerja sama antar crew. Pemerintah juga mengurangi pilot asing, itu nanti hingga abis dan batas usai pensiun yang selama ini 65 tahun akan dikurangi 60 sehingga akan banyak yang pensiun banyak yang terserap," beber Deddy.
Pemerintah RI melalui Kementerian Pehubungan mengeluarkan beberapa wacana seperti moratorium penerimaan siswa penerbang hingga merger antar sekolah penerbang. Dedy yang juga kepala sekolah Alfa Flying School menilai wacana moratorium dan merger sekolah penerbang kurang tepat.
"Bahwa merger itu tidak sesederhana itu karena masing sekolah masing kepentingan nya, kemudian moratorium ini menyangkut dengan hajat hidup orang banyak, itu sebenarnya diserahkan saja sendiri ke sekolahnya. Kalau sekolah itu tidak bermutu dan tak ada yang minat tergantung kepada siswa mereka akan berhenti sendiri tidak usah di moratorium. Makanya dengan itu kami minta tidak perlu ada moratorium, tidak perlu ada merger," ucap Deddy. (dtc)