Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bandung. Rona bahagia terpancar dari mata Dr Rino Mukti. Dosen Intitut Teknologi Bandung (ITB) itu bangga dengan pencapaian anak didiknya, Grandprix Thomryes Marth Kadja. Grandprix berhasil jadi doktor termuda Indonesia berusia 24 tahun.
Ya, selangkah lagi formalitas, Grandprix resmi menyandang gelar doktor usai sidang terbuka Jumat besok (22/7).
Rino menceritakan pertama kali merekrut Grandprix menjadi anak didiknya menyelesaikan program S2 dan S3 Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Saat itu ia diminta oleh Prof Ismunandar untuk menyeleksi sejumlah mahasiswa yang mendaftar program PMDSU di ITB tahun 2013. Ia pun memilih dengan melihat trackrecord setiap pendaftar program tersebut khususnya jurusan kimia.
"Pas saya lihat daftarnya, Grandprix ini punya track record yang luar biasa. Cumlaude saat sarjana di UI dan pernah juara olimpiade sains nasional," jelas Rino di kawasan Jalan Riau, Kota Bandung, Kamis (21/9/2017).
Setelah menyeleksi, akhirnya diputuskan Grandprix dan Erna Febrianti (26) terpilih menjadi anak asuhnya bersama Prof Ismunandar. Keduanya sangat tekun mengikuti setiap arahan yang diberikan pembimbingnya.
"Sebenarnya keduanya (Grandprix dan Erna) sangat baik. Mereka pekerja keras, ulet dan mau selalu belajar," ungkap pria yang juga anggota Akademi Ilmuan Muda Indonesia (ALMI) ini
Menurutnya Grandprix merupakan sosok yang mudah diajak komunikasi dan koordinasi. Sehingga, sambung dia, apapun yang dikerjakannya di labolatorium teroganisir dan akurat. Terlebih ia rajin menulis jurnal ilmiah berkualitas.
"Kerja terukur dan efektif. Ketekunan rajin dan fokus jadi kunci. Koordinasi dan komunikasi juga, dia melakukan itu semua," tutur dia.
Ia menyebut pria kelahiran Kupang, NTT, 31 Maret 1993 itu sebagai sosok yang istimewa. Sebab, di usianya yang masih sangat muda, Grandprix sudah mempublikasikan tujuh jurnal ilmiah skala internasional. Tentunya hal ini langka terjadi.
"Saya bilang dia (Grandprix) ini unik. Dia sudah bisa mempublikasikan jurnal ilmiah kualitas top atau skala internasional. Tak banyak yang bisa seperti itu," kata Rino.Selain Rino, ada tiga pembimbing lainnya yang mendampingi Grandprix yaitu Dr. Veinardi Suendo, Prof. Ismunandar, dan Dr. I Nyoman Marsih. (dtc)