Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memulai pemerintahan, targetkan pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 7%. Target tersebut terbilang cukup ambisius jika melihat pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih di sekitar 5%.
Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani memandang target tersebut masih bisa dicapai asalkan investasi di dalam negeri bisa tumbuh lebih tinggi dari sekarang..
"Kalau lihat pertumbuhan ekonomi terakhir 10 tahun memang dipengaruhi khusus dalam negeri. Di dalam negeri ada konsumsi dan investasi itu relatif cukup kuat. Untuk 2017 pertumbuhan 5%, didukung investasi dan konsumsi yang cukup stabil. Di triwulan II kemarin kinerja dari investasi 5,4%, growth ini lebih tinggi pada tahun lalu di periode yang sama 4,2%," tuturnya di Gedung Pertamina Pusat, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Pertumbuhan investasi tentu sangat bergantung pada investasi langsung Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sementara pertumbuhan realisasi investasi di kuartal II-2017 sebesar 12,7% dianggap belum cukup untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 7%. Meskipun dia menganggap itu sudah cukup baik.
"Di Indonesia PMA dan PMDN kita relatif cukup baik, ke duanya tumbuh growth-nya 12,7%, itu cukup tinggi. Namun dibandingkan keinginan kita mau tumbuh 6-7%, 12,7% mestinya lebih tinggi lagi," imbuhnya.
Kendati begitu, Sri Mulyani menyadari bahwa menjaring investasi dibutuhkan kebijakan ekonomi makro yang stabil. Sehingga membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya.
"Dengan kebijakan ekonomi makro yang stabil dan baik maka mereka akan datang berduyun seharusnya dalam bentuk FDI maupun PMDN. Karena ini indikator sehat," tuturnya.
Oleh karena itu, tambahnya, kemudahan dalam berbisnis menjadi faktor yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan investasi. Sebab dengan kemudahan para pelaku dunia usaha bisa nyaman berbisnis dan mendulang profit.
"Tentu kalau bicara margin investasi bukan sekedar saya ingin berinvestasi. Tapi bagaimana realisasi investasi dan ini sesuatu yang sangat sering menjadi persoalan. Kalau kita datang ke BKPM minat investasi tinggi, tapi how much investasi terealisasi, sedikit. Mereka mau tapi saya belum dapat infrastruktur belum connect, perizinan belum, segala hal minat investasi menjadi rubah," tegasnya.(dtf)