Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Salah satu gejala dari penyakit Obsessif Compulsive Disorder (OCD) ditunjukkan dengan perilaku cemas dan rasa takut yang berlebihan. Dalam ilmi psikologi, OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif.
Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi).
Misalnya seorang ibu rumah tangga yang bolak-balik memastikan kompor gas apakah dalam posisi on atau off. Padahal baru 5 menit yang lalu ia cek. Situasinya bertambah parah bila ibu rumah tangga itu juga seorang wanita pekerja. Persoalan ini akan terbawa-bawa ke tempat kerjanya.
Psikolog dari Yohanna Consulting, Yohanna MPsi, mengatakan, biasanya dari satu pertanyaan akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan susulan dari yang dikhawatirkannya itu. Bagaimana jika kompor meledak? Bagaimana kalau selang tabung gas lepas dan sebagainya.
Dijelaskan Yohanna, sindrom ini memang bukan sesuatu yang baru. Ada 4 tahap kondisi OCD, yaitu obsesi, kecemasan, kompulsi, dan kemudian kelegaan sementara.
Pada stadium ringan, umumnya akan dialami setiap orang. Tetapi seiring usia dan kematangan, biasanya sindrom ini hilang sendiri.
Tetapi banyak juga yang keterusan. Apalagi di zaman sekarang. Maklum banyak informasi dari media yang membuat siapapun cemas. Informasi-informasi itu terserap dalam alam bawah sadar yang pada masanya menjadi pengalaman yang seolah-olah pernah terjadi atau akan segera terjadi pada orang tersebut.
“Apalagi berita-berita sekarang diekspos secara gamblang. Dipaparkan secara mendetail. Ditampilkan berulang-ulang. Contoh kasus-kasus mutilasi. Biasanya kasus ini termasuk sorotan utama media. Seolah-olah kasus ini sesuatu yang lazim di masyarakat. Masyarakat dipaksa terbiasa,” tegas Yohanna kepada medanbisnisdaily.com, Senin (2/10/2017).
Yohanna mengatakan, jika seseorang sering merasa khawatir secara berlebihan, berarti ia tengah mulai terjangkit. Cara terbaik adalah dengan meyakinkan dan memastikan diri, bahwa ia telah benar-benar melakukan yang terbaik.
“Lebih baik Anda butuh waktu agak lama untuk memastikan dompet Anda benar-benar Anda bawa, daripada harus memastikannya berkali-kali. Sikap ini secara perlahan akan menumbuhkan rasa percaya diri Anda,” katanya.
Untuk kasus-kasus yang di luar jangkuan, misalnya keadaan anak di sekolah, papar Yohanna, tidak perlu sampai menyelidiki atau menanya pihak sekolah. Yang penting selalu ada komunikasi dengan anak.
“Temukan metode agar anak Anda mau bercerita tentang kesehariannya di sekolah. Lakukan dengan cara yang asyik,” jelas Yohanna.