Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Semarang. Setiap harinya di sekitar Desa Ngasinan, Bawen, Kabupaten Semarang, Anda bisa menemukan sejumlah orang bermandi lumpur. Mereka mengangkut tanah gambut dari perahu dari dasar danau. Pekerjaan tersebut telah mereka lakoni puluhan tahun.
Jika cuaca baik, sekitar pukul 04.00-05.00 WIB, para pencari gambut menuju tengah Rawa Pening membawa seser (alat penangkap ikan) yang diikatkan dengan bambu panjang. Kemudian, setelah sampai di tengah-tengah hamparan Rawa Pening, seser dibenamkan ke rawa hingga kedalaman sekitar 5 meter untuk mengambil tanah gambut.
Gambut dari Rawa Pening tersebut, kemudian dikumpulkan di perahu-perahu untuk diangkat menuju pinggir daratan. Selanjutnya, para pengangkut tanah gambut akan menaikan dari perahu menuju daratan hingga dinaikkan ke sejumlah truk.
"Yang bertugas mencari tanah gambut orang lain, kami ini tugasnya mengangkut dari perahu menuju daratan dan menaikan ke truk. Satu perahu itu ongkos angkutnya Rp 50 ribu, terus nanti menaikkan di truk bayarannya Rp 65 ribu. Ini kami bagi bertiga," kata Sarjono (51), warga Ngasinan, Rabu (4/10/2017).
Hal senada disampaikan pekerja lainnya, Mansur (40), warga Pasekan, Ambarawa. Ia mengaku, berangkat dari rumahnya pukul 08.00 WIB. "Rata-rata tiap hari, kami dapat bayaran sekitar Rp 80 ribu," kata dia.
Salah seorang pengepul tanah gambut, Sunarto (51), mengatakan, dulu-dulunya tanah gambut ini dialirkan di sungai untuk dibuang begitu saja. Namun sekitar tahun 1980-an, salah satu perusahaan jamur di Dieng datang ke sini mencari gambut ini untuk media tanam.
"Sekitar tahun 2003 pabrik jamur tersebut bangkrut, kemudian dikirim menuju daerah Purwokerto dan Jatim. Sejak itu, kami mengirim tanah gambut," kata Sunarto.
Pengepul tanah gambut lainnya, Agus Susanto (37), menambahkan, tanah gambut dalam kondisi basah dijual Rp 65 ribu/kubik. Selain dikirim ke Dieng, gambut Rawa Pening juga dikirim ke Pasuruan dan Probolinggo. "Biasanya memakai truk gandeng, sekali angkut sekitar 35 kubik," tuturnya.
Mereka mendengar rencana pemerintah melakukan pengerukan sedimentasi Rawa Pening, sehingga memudahkan baginya untuk mengambil gambut. "Kami ini pun selama ini telah membantu mengangkat sedimentasi dari Rawa Pening," kata Sunarto.
Selain dijadikan media menanam jamur, sekarang gambut Rawa Pening juga banyak dijual dalam kemasan karung sebagai kompos. Ada yang dijual dalam kondisi basah, ada juga yang dijual dalam kondisi kering.
Namun bukan tanpa kendala dalam pencarian gambut di dasar danau. Pencari gambut kadang terkendala oleh datangnya angin kencang sehingga tidak berani menuju rawa. Kedua lainnya adalah jika jalur menuju rawa tertutup eceng gondok dalam jumlah banyak sehingga perahu tidak bisa jalan melewatinya. (dtc)