Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Bersama dengan klaim prestasinya di bidang antariksa, akademisi Dwi Hartanto juga memunculkan cerita pertemuan dengan BJ Habibie. Dwi pun kini membuka tabir kebohongannya mengenai pertemuan itu.
Kabar mengenai pertemuan Dwi -- mahasiswa doktoral Technische Universiteit Delft -- dengan BJ Habibie mengemuka pada Desember 2016 di salah satu situs berita di tanah air. Dalam situs itu disertakan foto yang menjadi bukti pertemuan keduanya.
Dwi yang diwawancara mengenai pertemuan itu menjelaskan panjang lebar cerita versinya. Menurut Dwi, inisiatif pertemua berasal dari BJ Habibie karena ingin bertemu dengan putra Indonesia yang beprestasi.
Dalam cerita yang disampaikan Dwi di situs itu, Dwi menjelaskan kepada Habibie bahwa dia ditawari kewarnagearaan oleh Belanda. Tawaran itu, menuru Dwi di cerita itu, berkaitan dengan riset yang dilakukannya mengenai jet tempur eurofighter. Dia juga menyebut mendapatkan paten serta mendapatkan beasiswa yang berasal dari pemerintah Belanda.
Dalam surat klarifikasinya dan permintaan maaf atas kebohongannya, Dwi turut menjelaskan mengenai pertemuan itu. Dwi mengakui, dialah yang ingin bertemu BJ Habibie.
"Tidak benar bahwa Bapak B.J. Habibie yang meminta untuk bertemu. Sebelumnya saya telah meminta pihak KBRI Den Haag untuk dipertemukan dengan Bapak B.J. Habibie," kata Dwi dalam surat pengakuan bermaterai dan ditandatangani, seperti dikutip Minggu (8/10/2017). Surat itu diunggah di laman resmi PPI Delft.
Dwi juga mengakui pernyataanya mengenai riset yang sedang dia garap berkaitan dengan jet tempur, tidak benar. Begitu juga dengan tawaran untuk ganti kewarganegaraan.
"Tidak benar bahwa Belanda menawarkan saya untuk mengganti paspor atau kewarganegaraan. Tidak benar bahwa riset saya menggarap bidang national security Kementerian Pertahanan Belanda, ESA (European Space Agency), NASA, JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), serta Airbus Defence," kata Dwi.
"Tidak benar bahwa saya terlibat dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter Typhoon generasi anyar milik Airbus Defence. Tidak benar bahwa saya telah mengantongi tiga paten di bidang spacecraft technology. Tidak benar bahwa kuliah program Master (S2) saya dibiayai oleh pemerintah Belanda. Kuliah S2 saya di TU Delft dibiayai oleh beasiswa yang dikeluarkan oleh Depkominfo, Republik Indonesia," pungkas Dwi. (dtc)