Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bandung. Ajang adu bagong (dugong) yang menjadi sorotan media asing ternyata berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Adu bagong itu bak pertarungan gladiator di dalam koloseum era romawi kuno.
Jika pertarungan gladiator pada zaman romawi kuno diselenggarakan di dalam koloseum, dugong yang berada di Kecamatan Pacet ini diselenggarakan di dalam arena berukuran sekitar 30x10 meter yang dikelilingi menggunakan pagar bambu dan ram kawat setinggi 3 meter.
Saat anjing dan bagong itu beradu ratusan penonton yang memenuhi arena dugong itu bersorak sorai dan bertepuk tangan kegirangan.
Pantauan detikcom, Minggu (22/10/2017), sebelum beradu puluhan ekor anjing mengantre menunggu giliran di pintu masuk arena, sedangkan bagong sudah dilepaskan dan bebas berkeliaran di dalam arena. Satu persatu anjing itu dimasukkan dan langsung menyergap bagong.
Kadang anjing itu mengigit bagong dan sebaliknya. Kadang anjing itu berlari karena ketakutan oleh bagong begitupun sebaliknya. Dengan sadis dan brutal anjing menerkam bagong, ataupun sebaliknya. Kadang satu lawan satu, namun terkadang dua anjing melawan satu bagong.
Anjing itu menggunakan giginya untuk menerkam bagong dan bagong menggunakan taringnya untuk mencabik-cabik tubuh anjing yang melawannya.
"Eleh anjingna, alus bagongna (kalah anjingnya, bagus bagongnya)," kata salah satu penonton yang menyaksikan pertarungan dugong itu.
Pertarungannya tidak sebanding. Sebab dalam satu kali pertandingan satu bagong bisa melawan 5 sampai 10 anjing. Meski bagong sudah mengeluarkan suara rintihan seperti kesakitan dan posisi bagong sudah tersungkur, pertandingan tetap dilanjutkan bila belum strike. Di mana saat kondisi anjing atau bagong menggigit tubuh lawannya dan tidak dapat dilepaskan.
Saat strike, ketika anjing menggigit telinga bagong atau bagong menggigit kaki anjing dan gigitannya tidak dapat dilepaskan. Sejumlah panitia pertandingan tersebut menggunakan sebilah kayu untuk melepaskan gigitan anjing atau bagong itu dengan cara mendongkel mulut kedua hewan itu.
Jika telah strike maka anjing akan langsung dikeluarkan di arena pertandingan dan tubuh bagong disiram seember air untuk menghilangkan lumpur di tubuhnya yang sebelumnya bertarung hebat dengan anjing. Sementara itu anjing-anjing yang ditarungkan berjenis pitbull, terrier dan anjing pitbull peranakan.
Pertarungan dugong ini mendapat kecaman karena dianggap sebagai bentuk penyiksaan terhadap hewan dan menjadi sorotan media asing beberapa waktu ke belakang.
Salahsatu pehobi dugong, Deny (57) mengatakan ajang dugong tersebut hanya semata-mata hiburan belaka di akhir pekan. Saat disinggung terkait penyiksaan hewan, Deny menjelaskan bagong merupakan hewan hama yang kerap merusak pertanian warga.
"Dugong atau mengadu domba tidak ada perjudian seperti sabung ayam. Ini hanya sebatas suka," ujarnya.
Deny mengungkapkan, cara bertanding dugong itu dimana 20-30 anjing dikocok, yang dapat giliran pertama anjing harus bersiap-siap masuk ke arena untuk melawan bagong, sampai anjing menggigit bagian tubuh bagong atau strike atau anjing kabur maka pertandingan dinyatakan selesai.
"Melatih agar anjing menjadi galak, setelah menggigit langsung dikeluarkan (dari arena)," ungkapnya.
Deny menjelaskan babi hutan atau bagong itu bukan hewan dilindungi melainkan hama bagi para petani. "Itu musuh para petani di kebun," ucapnya. (dtc)