Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) tengah menghadapi beban utang yang meningkat. Hal itu membuat manajemen harus memutar otak agar tetap bertahan.
Corporate Secretary, Tomin Widian mengatakan, selama ini dalam pembukaan cabang seluruh varian toko ritel Alfamart dibiayai dari utang. Sehingga penambahan cabang seiring dengan penambahan utang.
"Selama ini, ekspansi gerai Perseroan sebagian besar dibiayai dari utang, sehingga penambahan gerai turut berdampak kepada beban bunga utang yang tinggi," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Senin (30/10/2017).
Pada laporan keuangan semester I-2017, debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas perseroan tercatat naik menjadi 3,58 kali yang disebabkan tambahan pinjaman sebesar Rp 2,6 triliun. Angka tersebut jauh lebih besar dibanding rata-rata industri sebesar 1,82 kali.
Perseroan juga memiliki beban bunga sebesar Rp 318 miliar yang menyebabkan penurunan laba bersih. Pada semester I-2017 perseroan mengalami penurunan laba bersih 16,38% dari Rp 90,37 miliar menjadi Rp 75,5 miliar.
Tomin mengakui, industri ritel juga saat ini tengah dihadapi kesulitan. Sehingga penambahan cabang yang berasal dari utang belum bisa menyumbang pertumbuhan laba bersih.
"Saat ini, kondisi bisnis ritel secara umum sedang menghadapi tantangan yang cukup berat," imbuhnya.
Untuk memperbaiki kondisi keuangan tersebut, perseroan akan membatasi atau mengurangi kemampuan pembukaan toko di tahun mendatang.
"Konsekuensinya, Perseroan perlu lebih selektif dalam pembukaan gerai ke depan," tukasnya.
Pada semester I-2017 total liabilitas AMRT memang meningkat dari akhir 2016 sebesar Rp 14,17 triliun menjadi Rp 18,5 triliun. Sementara total ekuitas perseroan hingga Juni 2017 sebesar Rp 5,17 triliun. (dtc)