Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Anggota Polda Kalimantan Barat mengecek informasi adanya penganiayaan brutal terhadap siswa yang disebut terjadi di Pontianak. Polisi akan terus memantau perkembangan informasi ini.
"Jajaran Polda Kalimantan Barat sudah mengecek. Tidak ada kejadian itu di sini. Namun demikian, kita akan terus menerus memantau perkembangan," kata Kepala Urusan Liputan Produksi Dokumentasi (Lipprodok) Humas Polda Kalbar AKP Cucu Safiyudin kepada detikcom, Senin (6/11/2017).
Dia mengatakan, belum ada laporan terkait kasus tersebut ke pihak kepolisian. Pengecekan dilakukan untuk memastikan kasus tersebut benar terjadi atau hanya desas-desus.
Cucu mengatakan, jika kasus tersebut benar terjadi di Kalbar, maka pihak kepolisian akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk penanganan kasus.
"Nanti kalau ada informasi yang kami peroleh, kita koordinasi dengan mereka (Dinas Pendidikan). Kalau diperoleh tentang kejadian tersebut, kalau memang ada, kita koordinasikan dengan pihak terkait," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menduga lokasi penganiayaan brutal itu terjadi di Pontianak, Kalbar. Kemendikbud menyatakan peristiwa ini berbeda dengan kasus yang terjadi di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
"Pertama klarifikasi video yang viral yang terjadi di dalam kelas itu ternyata bukan kejadian yang ada di SMP Negeri 10 Pangkalpinang. Yang kejadian di SMP 10 Pangkalpinang itu kejadian sudah sebulan yang lalu tapi itu tidak merujuk ke video yang kemarin viral di mana mana," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Hamid Muhammad, di kantor Kemendikbud, Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (6/11/2017).
Namun Hamid belum bisa memastikan lokasi detail sekolah tersebut. Penganiaya dalam video itu pun diduga bukan seorang guru melainkan orang tua murid.
Sementara itu, komisioner KPAI Retno Listyarti menambahkan orang tua murid itu diduga menganiaya siswa sebab anaknya telah dilecehkan. Retno menduga peristiwa itu terjadi di sebuah sekolah SMA atau SMK swasta. dtc