Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Da Nang. Indonesia dan Vietnam sepakat meningkatkan volume perdagangannya hingga mencapai US$ 10 miliar. Saat ini volume kedua negara tersebut diketahui baru mencapai US$ 6,3 miliar pada 2016 dengan defisit sebesar US$ 182,76 juta di pihak Indonesia.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita mengatakan tahun depan neraca perdagangan Indonesia atas Vietnam diharapkan bisa surplus hingga US$ 200 juta. Hal ini menyusul semakin banyaknya produk Indonesia yang bisa diekspor ke Vietnam dan telah berkurangnya impor beras dari negara yang berbatasan langsung dengan China tersebut.
"Tahun depan kita surplus US$ 200 juta. Drivernya batu bara, makanan jadi, pertamina lubricants, alas kaki dan lainnya," katanya di Da Nang, Vietnam, Minggu (12/11).
"Semula kita kan impor beras. Itulah yang menyebabkan kita defisit sebenarnya. Dengan kita tidak mengimpor lagi beras, kita jadi surplus. Tapi catatannya, perdagangan kita tidak turun, tapi meningkat. Artinya ada peralihan komoditas," sambung Enggar.
Dia bilang, diketahui selama ini diversifikasi perdagangan antara kedua negara tersebut salah satunya adalah perbedaan bahasa dan regulasi. Namun dengan adanya kerja sama yang semakin baik antara masing-masing pengusaha eksportir kedua negara diyakini bisa meningkatkan nilai perdagangan kedua negara ke depan.
"Memang bahasa menjadi kendala. Tapi oleh teman-teman pengusaha itu bisa diatasi dengan bekerja sama dengan para distributor yang ada di sini. Langkah-langkah itu berhasil di luar investasi yang dilakukan," ungkapnya.
"Jadi kita optimis tahun depan peningkatan perdagangan akan bisa. Mereka minta batu bara dan mereka harapkan ada longterm contract dengan Vietnam. Tapi Presiden perintahkan harus yang punya nilai tambah, tidak hanya Sumber Daya Alam," jelas Enggar.
Selain meningkatkan perdagangan antara kedua negara, peningkatan investasi Indonesia ke Vietnam juga menjadi salah satu hal yang disambut baik oleh kedua negara. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong mengungkapkan, setidaknya sudah ada dua perusahaan Indonesia yang sukses berinvestasi di Vietnam, yakni Ciputra dan Semen Indonesia.
Masuknya kedua perusahaan besar itu ke Vietnam kata dia juga menjadi salah satu cara membuka pasar ke Vietnam sehingga nilai perdagangan antara kedua negara tersebut bisa semakin ditingkatkan.
"Jadi dengan negara mitra tertentu, kita harus bujuk mereka investasi ke Indonesia. Atau kita investasi ke sini. Karena investasi itu ujung tombak dari akses pasar. Jadi kita membuka akses pasar kita ke Vietnam, jadi investasi itu harus disesuaikan dengan kondisi negara mitranya. Enggak selalu harus kita bujuk mereka investasi ke Indonesia," pungkasnya.(dtf)