Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Solo. Suara gamelan yang telah dinantikan, akhirnya berbunyi. Masyarakat yang berada di bangsal Pradonggo Masjid Agung Surakarta pun langsung berebut janur yang dipasang mengitari bangunan bangsal.
Kemeriahan tersebut bagian dari tradisi Sekaten yang merupakan peringatan Maulud Nabi Muhammad di Kota Solo. Dimulainya Sekaten ditandai dengan ditabuhnya gamelan Kiai Guntur Madu dan dilanjutkan tabuhan gamelan Kiai Guntur Sari, Jumat (24/11/2017) sekitar pukul 14.00 WIB.
Selain berebut janur, masyarakat juga melakukan tradisi nginang. Mengambil janur dan mengunyah kinang saat gamelan berbunyi dipercaya membuat panjang umur dan mendapatkan berkah dari Tuhan.
"Dapat janur tadi, sebagian saya kunyah, sebagian saya bawa pulang. Namanya ngalap berkah ini, biar rezekinya lancar," kata seorang pedagang tas di sekitar lokasi, Mbah Wiji.
"Setiap tahun pasti ke sini, datang bersama anak saya. Ikut nginang biar awet muda, dapat berkah," kata warga Solo, Partinah.
Selama gelaran Sekaten, para pedagang kinang memang diberi tempat berjualan di Masjid Agung Surakarta. Hal tersebut menjadi salah satu ciri khas dari Sekaten.
Sinung, merupakan salah seorang pedagang tertua yang masih berjualan kinang. Di usianya yang mencapai 86 tahun, dia masih ingin terus berjualan kinang. Selama berdagang, ia ditemani menantunya, Mesti.
Kinang yang banyak dijual siang ini di Masjid Agung Surakarta. Kinang yang banyak dijual siang ini di Masjid Agung Surakarta. Foto: Bayu Ardi Isnanto
"Ibu itu nggak mau berhenti berjualan, makanya harus saya temani. Soalnya ibu sudah nggak ngerti uang," ujar Mesti.
Kinang terdiri dari lima unsur, yaitu daun sirih, injet, gambir, tembakau dan bunga kantil. Kinang dijual seharga Rp 1.000 per buah. (dtc)