Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, korban difteri kebanyakan anak-anak yang tidak mendapat vaksin atau vaksinnya tidak lengkap. Dia pun menyayangkan hal ini.
Nila menggelar jumpa pers usai melihat pasien diduga difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jalan Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, Senin (11/12/2017). Dia ditanya wartawan soal adanya orang tua yang anti terhadap vaksin.
"Mari kita lihat dengan perhitungan yang baik sekali. Kalau yang anti vaksin yang terkena dirinya sendiri, kalau sampai meninggal tentu itu urusan dia. Tetapi kalau misalnya keluarga itu menularkan kepada orang lain? Ini yang terjadi," kata Nila.
Nila kemudian bicara soal upaya outbreak response immunization (ORI) yang dilakukan pemerintah akibat ancaman difteri yang mewabah di sejumlah daerah di Indonesia. Difteri mewabah karena banyaknya anak yang tidak divaksin.
Menkes Nila Moeloek Sambangi RSPI Sulianti Soeroso melihat pasien diduga difteriMenkes Nila Moeloek Sambangi RSPI Sulianti Soeroso melihat pasien diduga difteri Foto: Rengga Sancaya
"ORI ini bayangkan, kita harus kasihkan ke seluruh anak sampai di bawah usia 18 tahun di sekolah, madrasah, pesantren, di tempat kerja dan sebagainya. Ini ongkosnya harus kita perhitungkan. memang vaksinnya gratis, tapi gratis artinya pemerintah yang bayar, yang beli," jelas Nila.
Nila juga menyebut, ini bukan hanya soal biaya vaksin yang harus dikeluarkan pemerintah. Tenaga kesehatan yang kerja juga harus diperhitungkan. Selain itu para keluarga yang anaknya terkena difteri pastinya jadi tidak produktif karena pekerjaannya terganggu.
"Kita lihat berapa tentunya keluarga yang dirugikan, orang tua menjadi tidak produktif. Coba semua diperhitungkan," kata Nila.
"Kalau yang sudah terkena (difteri) harus diberikan anti-difteri serum (ADS). Ini nggak murah ya. Ini masih import, kita nggak bisa buat. rata-rata 1 orang bisa kena Rp 4 juta. kalau perawatan tadi kami coba hitung-hitung 1 orang bisa kena Rp 10 juta rupiah," sambung Nila.
Ada informasi ketersediaan ADS ini stoknya minim. Saat dikonfirmasi, Nila menepis. "ADS-nya kita usahakan. kami mendapat kabar dari Bio Farma mereka bisa menyediakan. Insyaallah," ujar Nila.
Kembali terkait vaksin, Nila mengingatkan agar orang tua memberikan anak imunisasi, termasuk imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT). Apalagi biaya yang dikeluarkan pemerintah melalui Kemenkes untuk imunisasi ini tidak sedikit.
"Saya kira cukup besar ya (anggaran vaksin). Kalau mau dibilang ya triliun barang kali, Rp 1,6 triliun kata Pak Sekjen (Sekjen Kemenkes Untung Suseno Sutarjo-red), besar lho ini. Ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pemerintah sudah memberikan, dimanfaatkan," ujar Nila. dtc