Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Sepanjang November tahun ini, Indonesia diketahui telah melakukan impor bom, granat, hingga torpedo meningkat 400% jika dibandingkan bulan sebelumnya. Impor ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan alutsista nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip, Jakarta, Jumat (15/12). Impor bom, granat, torpedo ini pada Oktober hanya senilai US$ 2,5 juta, dan pada November menjadi US$ 12,5 juta atau naik US$ 10,0 juta alias 400%.
Impor bom, granat, dan torpedo ini juga masuk ke dalam komponen barang konsumsi. Barang konsumsi pada November tahun ini mengalami peningkatan 8,22% atau US$ 1,36 miliar jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Ketua BPS Suhariyanto mengatakan, impor barang konsumsi yang tumbuh cukup tinggi tidak perlu dikhawatirkan lantaran shareterhadap total impor masih sangat kecil.
"Barang konsumsi naik tapi share-nya 8,99%, peran golongan bahan baku/penolong 73,57% dari total impor," kata Suhariyanto.
Selain barang konsumsi, Suhariyanto juga menyebutkan, barang baku/penolong juga alami peningkatan sebesar 3,32% dibandingkan bulan Oktober menjadi US$ 11,15 miliar, begitu juga barang modal tumbuh 20,65% menjadi US$ 2,64 miliar.
Pria yang akrab disapa Kecuk ini menuturkan, tumbuhnya impor barang bahan baku/penolong seperti kembang api dan lampu natal yang keduanya berasal dari China.
"Barang khusus di impor saat natal, misalnya jumlahnya tidak besar tapi persentasenya tinggi seperti lampu natal dari Tiongkok, dan kembang api," tambah dia.
Berdasarkan data, impor lampu natal selama November mencapai US$ 1 juta atau naik 97,65% dibandingkan Oktober tahun ini, sedangkan dari volumenya sebesar 300 ton.
Untuk impor kembang api tercatat US$ 2,6 juta atau naik 166,36% selama November 2017 dengan volume yang naik 143,21%.
Diketahui, nilai totoal impor pada November 2017 sebesar US$ 15,15 miliar atau tumbuh 19,62% jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Impor yang berasal dari migas sebesar US$ 2,23 miliar atau naik 1,22% dari bulan sebelumnya, sedangkan non migasnya mencapai US$ 12,92 miliar atau naik 7,37% dibanding Oktober 2017. (dtf)