Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Sukabumi. Konstelasi politik di Jabar jelang pendaftaran Pilkada serentak 2018 makin memanas. Duet Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang diusung Golkar dan Demokrat ternyata belum final. Padahal sebelumnya dikabarkan telah sepakat, hanya tinggal hitam di atas putih.
"Bisa berubah juga (dengan Dedi Mulyadi), ya enggak tahu tiba-tiba bisa berubah juga, orang bisa aja besok kita mati, apa yang enggak mungkin," canda Deddy Mizwar usai menghadiri acara wisuda Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sukabumi di Gedung Anton Sujarwo, Komplek Setukpa Lemdikpol, Jalan Bhayangkara, Sukabumi, Sabtu (30/12).
Menurutnya kepastian dengan siapa dia berdampingan di Pilgub Jabar baru diketahui saat pendaftaran Januari 2018. "Saya dengan siapa (berdampingan) Wallahu A'lam Bishawab nantilah, ketahuanlah nanti tanggal 8,9,10 semuanya bisa berubah," kata Deddy.
Menurut Deddy saat ini dia masih berkomunikasi dengan sejumlah partai maupun tokoh yang digadang-gadang akan ikut meramaikan Pilgub Jabar.
"Dengan semua kita masih komunikasi dengan PDI-P dan partai lainnya, dengan Ahmad Syaikhu silaturahim kita enggak ada masalah semalam masih berkunjung ke rumah saya," ujar Deddy.
Konstelasi dan dinamika politik di Jawa Barat dikatakan Deddy menarik untuk disimak karena Jabar adalah salah satu Provinsi terseksi di Indonesia.
"Penyebab hangatnya Pilgub Jabar ini ada kaitannya dekat dengan 2018 Juni ke 2019 April. Sepuluh bulan jatahnya antara Pilkada dengan Pileg dan Pilpres jadi agak hangat," jelasnya.
Meski diakuinya kemenangan di Jabar belum tentu kemenangan di Pilpres. "Pak Jokowi enggak menang di Jabar, padahal PDI-P tertinggi Pilegnya. Jadi tidak equivalen itu hanya dugaan-dugaan orang. Begitu juga dengan anggapan gubernurnya siapa pasti pilpresnya menang itu tidak equivalen juga ," pungkasnya.(dtc)