Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Komisi VI DPR meminta penjelasan kepada Kementerian Perdagangan terkait langkah untuk melakukan impor beras 500.000 ton di akhir bulan Januari ini. DPR meminta penjelasan kenapa keran impor akhirnya dibuka
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, menjelaskan impor merupakan opsi terakhir untuk bisa memenuhi pasokan dan meredam kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini. Dia bilang, bahwa pemerintah sebelumnya telah melakukan berbagai upaya untuk bisa meredam harga beras, salah satunya dengan menggelar operasi pasar bersama Perum Bulog.
"Pada bulan Oktober-November kita lakukan operasi pasar untuk menyelasaikan. Dampaknya belum maksimal. Hingga kemudian di akhir tahun dan awal tahun kita ambil langkah perluasan operasi pasar. Seluruh Divre, Subdivre bersama dengan 150 Dinas Perdagangan wilayah, kita turun melakukan operasi pasar. Seluruh pedagang beras di pasar disuplai. Pakai jaringan distributor beras besar," kata Enggartiasto, di DPR, Jakarta, Kamis (18/1).
Operasi pasar ternyata belum mampu meredam harga beras yang tinggi. Sementara stok beras milik Bulog semakin berkurang karena operasi pasar tersebut.
"Per hari itu kita perluas jaringan, ada lebih dari 200 titik operasi pasar, itu sekitar 10.000 samapi 15.000 ton per hari. Daerah-daerah yang surplus, kita tidak lakukan operasi pasar. Tapi daerah lumbung beras seperti Jawa Timur ternyata mayoritas harganya masih tinggi dan stok sampai di gudang swasta rata-rata turun tajam. Perusahaan penggilingan juga kekurangan stok," kata Enggartiasto.
"Kita harus cadangkan dari 857.000 ton, kita siapkan 250.000 ton itu rastra yang sejak 15 sampai 20 Januari akan jalan. Kalau sekarang rata-rata 13.000 ton per hari maka dalam 4 hari kira-kira 400.000 ton. Pada posisi itulah, pilihan yang saya tempuh adalah lakukan impor untuk mengisi kebutuhan pasar," sambungnya.
Pria yang akrab disapa Enggar itu mengakui bahwa saat ini pasokan beras memang sedikit walaupun setiap hari terjadi panen. Yang menjadi masalah, kata Enggar, ialah berapa jumlah panen tersebut. Dia bilang jumlah panen saat ini tak bisa menutupi kebutuhan pasar.
"Apakah hari ini tidak ada panen? Ada Pak, setiap hari ada panen. Tapi persoalan berapa jumlah panennya," kata Enggar.
Selain itu Enggar mengatakan bahwa PPI (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia) yang yang diminta untuk melakukan importasi tersebut. Namun setelah membahas bersama Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Pertanian, diputuskan Bulog yang harus ditugaskan dalam menjalankan importasi guna melakukan stabilisasi harga.
"Itulah langkah-langkah yang kami lakukan untuk mengisi kekosongan dan jaga tren kenaikan. Sesudah kami umumkan impor beras itu, tren kenaikan berhenti, bahkan ada beberapa yang turun. Diharapkan sampai dengan pertengahan Februari beras impor sudah bisa masuk," pungkas Enggar. (dtf)