Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru meluncurkan rumah DP Rp 0 di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Jauh sebelum ini, Presiden Joko Widodo juga punya program rumah Dp 1%.
Lalu apa bedanya?
Pada dasarnya, kedua program sama tujuannya: untuk menyediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan batasan gaji tertentu.
Soal batasan gaji, kedua program sedikit berbeda. Program Anies-Sandi DP Rp 0 hanya untuk mereka yang bergaji di bawah Rp 7 juta. Jadi, bagi mereka yang bergaji lebih dari batasan itu, tak diperbolehkan membeli hunian ini.
Nah, program Jokowi, DP 1% untuk mereka yang bergaji maksimal Rp 4 juta per bulan.
Kemudian, program DP 1% Jokowi mencakup semua jenis hunian. Tak hanya rumah susun melainkan juga rumah tapak dan letaknya ada di seluruh Indonesia. Terdekat, ada di pinggiran Jakarta seperti Tangerang, Bekasi juga Cikarang.
Sedangkan Anies-Sandi membangun hunian dengan bentuk vertikal. Hari ini contohnya, Anies mulai membangun rumah DP 0 rupiah pertamanya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Ada 703 unit rumah susun sederhana milik untuk mereka bergaji maksimal Rp 7 juta per bulan.
Yang tak kalah menarik untuk dibandingkan adalah soal harga. Rumah yang dibangun dalam program DP 1% Jokowi berkisar di harga Rp 100 jutaan. Di Tangerang dan Depok, Jokowi meresmikan rumah Dp 1% seharga Rp 112 juta per unit. Ada juga di Kaltim yang dijual Rp 135 juta per unit.
Kemudian harga rumah DP 0 rupiah Anies-Sandi dijual dengan harga sesuai tipe. Tipe 21 dijual Rp 185 juta per unit, sementara tipe 36 dijual Rp 320 juta per unit.
Meski keduanya dicicil dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan FLPP. Rumah DP 1% punya Jokowi cicilannya berkisar di bawah Rp 1 juta per bulan. Rata-rata Rp 700 ribu-900 ribu per bulan, sementara Anies belum bisa menyebutkan berapa kisaran cicilan yang akan dibayarkan konsumen nantinya. dtc