Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Perbedaan data beras sempat terjadi. Kementerian Pertanian menyatakan banyak daerah panen sehingga pasokan beras mencukupi, sedangkan di lapangan pasokan beras ke pedagang seret dan harga melonjak.
Merespons kondisi tersebut, Kementerian Perdagangan memutuskan membuka keran impor beras dari Vietnam dan Thailand. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, enggan berkomentar panjang lebar soal masalah data beras.
Dia hanya mengatakan Presiden Jokowi meminta semua data harus lewat Badan Pusat Statistik (BPS).
"Presiden (Jokowi) arahkan ke kita, bahwa satu pintu data, itu BPS. Itu arahannya (dari presiden). Itu arahan bapak (presiden) supaya tidak polemik. Sederhana kan," kata Amran saat kunjungan kerja di Jawa Tengah pekan ini.
Dia menjelaskan beras akan aman bila Perum Bulog memiliki pasokan sebanyak 1 juta ton di gudangnya. Cuma, menurut Amran, stok bulog sekitar 900.000 ton, atau kurang 100.000 ton dari jumlah aman.
"Tapi (lihat pasokan) 1 juta itu di bulan berapa, kalau di bulan Oktober, itu harus waspada. Kalau Januari, itu, ini minggu ketiga sudah masuk panen raya, (jadi) stok itu akan sendirinya bertambah, ditambah sekarang fakta empirisnya harga sudah turun Rp 600- Rp 700," kata Amran.
"Tapi itu masih perlu dijabarkan lebih detail lagi, 1 juta itu berada di titik mana, Oktober atau Januari, atau Desember. Kalau dia Oktober, maka waspada. Kenapa? Mengahadapi musim panen yang paceklik, tapi kalau Januari menghadapi panen raya. Sederhana kan sebenarnya," lanjut Amran. (dtf)