Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL menegaskan, hingga saat ini pihaknya belum pernah menerima laporan terkait adanya oknum dokter yang "nakal" saat menjalankan tugasnya. Sebab para dokter, selalu memegang sumpah untuk menghargai kehidupan, bahkan ketika manusia masih berada dalam pembenihan.
"Untuk dokter yang dalam tanda kutip nakal, hingga saat ini IDI belum pernah ada menerima laporannya. Apalagi, profesi dokter itu kan profesi mulia. Kita telah disumpah untuk menghargai kehidupan mulai dari saat pembenihan. Jadi artinya yang berkaitan dengan kesehatan yang sensitif," ungkapnya kepada Medanbisnisdaily.com, Kamis (8/2/2018).
Namun sebagaimana yang menjadi rahasia umum dimasyarakat, diketahui ada beberapa dokter yang demi menambah pemasukan, dengan cepat merekomendasikan pada pasiennya agar melakukan operasi atas penyakit yang di deritanya. Padahal ketika pasien memilih untuk berobat ketempat lain atau keluar negeri, penyakit yang di deritanya tersebut, justru hanya malah membutuhkan perawatan medis yang biasa saja untuk sembuh.
Menanggapi ini, Wijaya mengatakan, bahwasanya sebuah tindakan operasi itu boleh saja dilakukan jika memang ada memiliki indikasinya. Akan tetapi, sebut dia, indikasi itu ada yang bersifat mutlak dan ada juga yang bersifat relatif.
"Artinya jika mutlak, hukumnya wajib. Karena jika tidak, dikhawatirkan pasien bisa terancam nyawanya. Sedangkan bila relatif, artinya operasi masih bisa ditunda," jelasnya.
Akan tetapi, lanjut Wijaya, ada beberapa faktor yang membuat dokter berbeda-beda dalam memutuskan suatu tindakan medis untuk perlu tidaknya operasi pada pasien dilakukan. Hal ini pastinya, bisa saja sesuai dengan keilmuan dari yang dimiliki oleh si dokter yang bersangkutan.
"Beda generasi dokter bisa saja beda pemahamannya, karena keilmuan kedokteran kan berkembang. Atau bisa jadi pasien yang justru salah dalam menangkap komunikasi yang disampaikan oleh dokternya, sehingga memang ada banyak faktor. Tapi yang jelas, dokter disumpah untuk menghargai kehidupan dan keselamatan pasien," terangnya.
Selain itu, sambung Wijaya, dokter juga dituntut untuk terus mengikuti perkembangan keilmuan. Karenanya menurut Wijaya, pasien juga tentunya harus dituntut untuk selektif.
"Kalau ada dokter nakal tentu harus kita data apakah itu pelanggaran etika atau pidana. Jika etika, tentunya akan kena sanksi etika di Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) IDI," ujarnya.
Namun yang pasti, tambah Wijaya, setiap dokter harus bekerja sesuai dengan sumpah dokter dan prosedur. Untuk itu Wijaya mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir, terhadap kredibilitas dokter yang ada di Indonesia.
"Dokter Indonesia juga mampu dan mengikuti perkembangan keilmuan baik tingkat nasional maupun internasional. Jadi tidak perlu ke berobat sampai ke Penang. Maksimalkan saja dulu di Indonesia," pungkasnya.