Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi telah mengadakan rapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Teknologi ekspor-impor menjadi salah satu pembahasan.
Program Smart Embassy dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura menjadi percontohan bagi KBRI lainnya. Teknologi informasi perlu dimanfaatkan agar segala kepentingan negara yang dibawa duta besar bisa terealisasi. Kepentingan peningkatan ekspor-impor misalnya.
"Misalnya, aku mau beli apem. Apem yang memproduksi PT X, di situ klik 'oke', satu apem berapa kalau sampai tempat utuh, importir berapa, itu dia langsung kontak," kata Retno di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (12/2).
Apem hanyalah contoh saja untuk mempermudah penjelasan soal mekanisme permintaan impor barang dari satu negara tempat duta besar bekerja. Sistem berbasis teknologi informasi harus membuat transaksi ekonomi lintas negara menjadi mudah dan cepat. Pelayanan-pelayanan dilakukan via online.
"Sehingga 'one system' itu ada di sana, maka siapapun yang akan datang itu sudah tidak ada masalah lagi," kata Retno.
Kini Indonesia mengarahkan haluan jalur dagangnya ke negara di Asia Selatan dan Afrika. Dua kawasan itu dipandang Retno punya kontribusi ekonomi besar untuk Indonesia dalam lingkup pasar non-tradisional.
"Sekarang kita non-tradisionalnya harus digarap secara serius, dan kita sudah harus bekerja dengan baik," kata dia.
Penentuan komoditas dari Indonesia harus ditarget dengan cermat berasarkan analisis pasar. Target juga akan dilakukan secara berkesinambungan.
"Begitu barang itu 'done', oke 'next' targetmu apa? Itu aku akan memasukkan barang," kata Retno.(dtf)