Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Dr Anang Anas Azhar MA, menilai, jaringan media sosial (medsos), seperti facebook, twitter, instagram media paling ampuh untuk menggiring isu politik identitas dalam kompetisi pilkada.
"Meski isinya terkadang hoax, tapi kecepatan menggiring sebuah isu luar biasa, rakyat juga dipengaruhi dengan cepat. Ini dikarenakan masing-masing orang dapat meng-upload-nya lewat media sosial," kata Anang Anas Azhar dalam keterangan tertulisnya yang diterima medanbisnisdaily.com, Rabu (14/2/2018).
Kebebasan menyajikan informasi tanpa kroscek, menurut Anang, cenderung menggiring opini publik agar rakyat terpengaruh. Terlepas benar atau tidak informasinya, isi pesan yang disampaikan menguatkan rakyat cepat tergiring atas isu-isu politik identitas.
Anang mengatakan, isu politik identitas yang menyebar di media sosial akan menimbulkan kerawannan publik, terutama di tahun politik seperti sekarang.
"Kecenderungan rusuh saat mau dan setelah pilkada digelar cukup besar. Kecenderungan ini sebenarnya tak perlu terjadi, jika isu-isu politik identitas tidak mencuat ke pemukaan," katanya.
Dosen Pascasarjana UINSU ini mengatakan, setidaknya ada tiga aspek isu-isu politik identitas jika diidentifikasi ketika saat berjalannya kampanye pilkada. Pertama, penggunaan media sosial yang tidak terawasi sempurna.
Yang kedua, kata Anang, terjadinya black campaign dalam materi kampanye yang dikemas untuk memprovokasi rakyat. Sedangkan ketiga, pengaruh pemuka agama atau tokoh adat dalam mendukung pasangan calon.
Poin yang ketiga ini, menurut Anang, dampaknya sangat kuat untuk pengaruhi pilihan rakyat saat pilkada.
"Pengaruh tokoh agama dan adat, bisa menjustifikasi isu yang tidak benar menjadi benar. Karena sebagian rakyat kita masih tergantung arahan politiknya dari tokoh agama dan adat untuk mengambil pilihan politik saat pilkada," kata tutup Anang.