Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya, Senin (19/2/2018). Bahkan, akibat erupsi yang ditimbulkannya itu, sejumlah wilayah baik di Sumut dan Aceh dihujani oleh material abu vulkanik.
Menanggapi ini, dokter spesialis penyakit telinga, hidung dan tenggorokan, dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL mengatakan, saat meletus gunung berapi umumnya menyemburkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), asam klorida (HCl), asam fluorida (HF), dan abu vulkanik ke atmosfer. Karenanya bagi kesehatan, debu vulkanik tentu sangat rentan terutama untuk menyebabkan gangguan pernapasan akut.
"Gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh abu vulkanik tentu harus cepat ditangani. Karena sistem pernapasan merupakan salah satu hal vital untuk menunjang hidup manusia," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (20/2/2018).
Wijaya menjelaskan, partikel abu yang sangat halus dari Gunung Api, tentu sangat mengganggu sistem pernafasan, khususnya bagi pengungsi yang memiliki permasalahan paru-paru. Karenanya, paparan abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi bayi, anak-anak, warga usia lanjut dan orang dengan penyakit paru kronis seperti asma.
Apalagi, sambung Wijaya, abu vulkanik yang dikeluarkan saat gunung berapi meletus memiliki kandungan seperti silika, mineral, dan bebatuan. Unsur yang paling umum adalah sulfat, klorida, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluorida. Ada juga unsur lain, seperti seng, kadmium, dan timah, tapi dalam konsentrasi yang lebih rendah dalam abu vulkanik ini.
"Iritasi hidung dan tenggorokan, batuk, bronkitis, sesak napas, hingga penyempitan saluran napas yang dapat menyebabkan kematian juga sangat mungkin untuk terjadi," jelasnya.
Selain gangguan pernapasan akut, Wijaya yang juga merupakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan menyebutkan dampak abu vulkanik juga dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan, iritasi pada kulit, serta gangguan mekanikal.
Untuk gangguan penglihatan, tutur dia, abu vulkanik yang memiliki butiran tajam dapat menimbulkan gangguan pada mata. Karena masuknya benda asing pada mata dapat menyebabkan pengungsi mengalami iritasi, konjungtivitis (radang pada konjungtiva), abrasi kornea (goresan pada kornea).
Selanjutnya, iritasi pada kulit meskipun jarang ditemukan, tetapi mungkin terjadi karena abu gunung berapi tersebut bersifat asam. "Iritasi kulit yang ditandai dengan kulit menjadi merah dan gatal. Infeksi pada kulit akibat garukan. Luka bakar, mulai dari derajat ringan sampai berat. Pada beberapa keadaan, luka bakar dapat terjadi pada hampir seluruh tubuh. Dalam kondisi tersebut, seseorang harus segera ditangani karena nyawanya dalam keadaan kritis," terangnya.
Sedangkan untuk gangguan mekanikal, sambung Wijaya, efek mekanikal yang ditimbulkan oleh abu vulkanik dapat berupa runtuhnya atap rumah atau kecelakaan di jalan raya. Atap rumah dapat runtuh karena beban berat dari abu, apalagi jika abu tersebut basah dan bangunan tidak dibangun untuk menyangga beban berat.
"Atap yang runtuh dapat menyebabkan orang yang berada dalam rumah tersebut tertimpa sehingga mengalami luka, bahkan meninggal seketika. Luka yang terjadi dapat berupa patah tulang, luka memar, luka robek, dan perdarahan yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut," pungkasnya.