Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Media sosial berperan penting dalam upaya melestarikan bahasa ibu (bahasa daerah). Salah satunya dengan mendirikan grup-grup budaya yang semakin marak di media sosial dalam beberapa tahun ini. Melalui grup-grup itu, anggotanya dapat berdiskusi, sharing maupun sekadar berbagi kenangan dengan menggunakan bahasa ibu mereka.
Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan, Manguji Nababan kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (21/2/2018).
Dijelaskannya, melalui media sosial itu, pelestarian budaya termasuk bahasa ibu bisa dilakukan.
Manguji Nababan mencontohkan Grup Palambok Pusu-pusu (GP3). Grup berbahasa Batak Toba ini telah memiliki anggota lebih dari 9.000 orang. Di grup ini para anggotanya berkomunikasi dengan bahasa Batak Toba.
Tidak hanya sekadar share di dunia maya, para anggotanya juga kerap menggelar kegiatan budaya. Terakhir grup ini menggelar acara Bona Taon (buka tahun) sekaligus seminar budaya Batak Toba, Jumat (16/2/2018) lalu.
"Grup GP3 ini memang didirikan dalam rangka menggali semua hal yang berkaitan dengan budaya Batak Toba. Termasuk untuk melestarikan penggunaan bahasa Batak Toba," kata Tansiswo Siagian, pendiri grup ini beberapa waktu lalu.
Setidaknya mereka yang tergabung di grup ini dibiasakan kembali menggunakan bahasa daerahnya dalam konteks yang tepat, ujarnya.
Seperti yang dilansir Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan 2017, dari 653 bahasa daerah yang terdata, hanya 71 yang dianggap memiliki daya tahan. Sisanya ada dalam situasi rentan dan terancam punah. Bahkan 11 bahasa daerah di Indonesia dinyatakan sudah punah.
Untuk menjaga kepunahan bahasa daerah itu, di Sumatra Utara telah diterbitkan Perda No 8 Tahun 2017 tentang Pengutamaan Bahasa Indonesia dan Perlindungan Bahasa dan Sastra Daerah. Hari Bahasa Ibu dirayakan masyarakat di berbagai belahan dunia pada setiap 21 Februari yang diinisiasi oleh UNESCO.