Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Washington DC. Seorang jenderal militer senior Amerika Serikat (AS) menuding Rusia memainkan peranan yang mendestabilisasi situasi Suriah. Rusia disebut berperan ganda sebagai 'pemicu api dan pemadam' sekaligus dalam konflik Suriah, terutama di Ghouta Timur.
Seruan jeda kemanusiaan yang disampaikan Rusia pada Selasa (27/2) waktu setempat, telah gagal. Pertempuran tetap berlanjut di Ghouta Timur sehingga upaya penyaluran bantuan dan evakuasi warga sipil tidak bisa dilakukan.
Dalam konflik Suriah yang telah berlangsung selama 7 tahun terakhir, AS dan Rusia berada di sisi berlawanan. Rusia mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang pasukannya kini menggempur Ghouta Timur, yang masih dikuasai kelompok pemberontak Suriah.
"Secara diplomatik dan militer, Moskow memainkan peran baik sebagai pemicu api dan pemadam api, mengobarkan ketegangan di antara semua pihak di Suriah... kemudian berperan menjadi arbitrator, untuk menyelesaikan pertikaian, berupaya merusak dan memperlemah posisi tawar setiap pihak," tuding Jenderal Militer AS Joseph Votel dalam pernyataannya seperti dilansir Reuters, Rabu (28/2/2018).
Votel merupakan Kepala Komando Pusat Militer AS. Komentar itu disampaikan Votel di hadapan Komisi Angkatan Bersenjata pada House of Representatives (HOR) AS.
Sepekan terakhir, militer Suriah dan sekutunya menggempur Ghouta Timur hingga menewaskan ratusan orang, termasuk warga sipil. Pada Selasa (27/2) waktu setempat, Rusia menyerukan jeda kemanusiaan selama 5 jam untuk memberikan kesempatan pada bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis. Namun seruan itu gagal menghentikan gempuran. Warga setempat menyebut pesawat rezim Suriah terus melanjutkan gempuran.
Lebih lanjut, Votel menyebut Rusia gagal mengendalikan sekutunya, Suriah.
"Saya pikir antara Rusia harus mengakui pihaknya tidak mampu, atau Rusia tidak ingin memainkan peran dalam mengakhiri konflik Suriah. Saya pikir peran mereka luar biasa mendestabilisasi untuk saat ini," ucapnya.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert menyebut Rusia gagal mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengatur gencatan senjata selama 30 hari di Suriah. "Mereka tidak mematuhi gencatan senjata karena mereka terus mensponsori dan mendukung pemerintahan Bashar al-Assad. Itu tragis," sebut Nauert. (dtc)