Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Forum Komunikasi Teater Sumut (FKTS) Rabu (7/3/2018) sore, akan berkumpul di Taman Budaya Sumatera Utara. Pertemuan itu untuk menindaklanjuti gagasan untuk membuat pagelaran teater berskala nasional di Sumut pertengahan tahun ini. Hal itu merupakan salah satu rekomendasi yang dihasilkan di Malam Renungan Teater (MRT) akhir Desember 217.
Ketua Panitia MRT 2017, Agus Susilo, mengatakan, saat MRT 2017, lahir kesadaran yang kemudian disepakati bersama bahwa untuk menghidupkan kembali aktivitas berkesenian, khususnya teater di daerah ini, harus digelar even-even yang berkelanjutan. Untuk tahap awal perlu ada gebrakan. Salah satunya dengan menggelar event teater berskala nasional.
"Ada dampak positif setelah MRT 2017. Kegiatan teater dan sastra semakin menggeliat di daerah ini," kata teaterawan dari Teater Rumah Mata ini, kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (7/3/2018).
Ia mencontohkan, Parade Monolog oleh Teater LKK Unimed pada 25 Februari lalu. Begitu juga dengan kegiatan sastra. Setiap bulan ada Panggung Baca Puisi Bulanan yang dikordinir oleh Komunitas Katakata.
Namun ada beberapa kesadaran yang mesti kita renungkan kembali sebagai spirit kebersamaan yang benihnya sudah kita bangun bersama. Perlu ada langkah yang lebih matang dan tersistem untuk menjalin kordinasi ataupun komunikasi kreatif antar pekarya Teater. Hal ini dilakukan agar kerja- kerja kreatif teater di Sumut dapat lebih terkonsep.
"Saya berharap seluruh stakeholder kesenian yang ada seperti Dewan Kesenian Medan (DKM) Dewan Kesenian Sumatera Utara (DKSU) TBSU dan juga Disbudpar baik Medan maupun Sumut bisa hadir. Terutama Kadisbudpar SU yang baru, Ibu Wan Hidayati," harap Agus.
Seniman Sumut termasuk paling produktif dibandingkan dengan seniman dari daerah lain. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas seni yang mereka gelar, khususnya di TBSU. Setiap hari selalu ada aktivitas seni di ruang publik ini. Sayangnya hal itu kurang terpublikasi dan termanajemen dengan baik. Selain itu dukungan dari seluruh stakeholder juga sangat kurang.
Berbeda halnya dengan aktivitas seni di Yogyakarta, Solo, Jakarta maupun sejumlah daerah di Sumatera semisal Padang Panjang dan Kepri. Selain pemerintah pihak swasta juga ikut mendukung kegiatan seni itu.
Mungkin itu yang membuat Kota Medan tidak termasuk salah satu dari 80 kota kreatif yang mendapat binaan dari Bekraf. Hal itu sangat ironis mengingat Medan adalah kota paling kaya akan seni dan budaya yang dimiliki masyarakatnya.
Pada tahun 2015 industri kreatif menyumbang Rp 852 triliun dari total Produk Domestik Bruto (PDB)