Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Dalam beberapa pekan terakhir, Tiangong-1 menjadi perhatian dunia karena akan jatuh ke Bumi setelah tak bisa lagi dikendalikan. Stasiun luar angkasa milik China tersebut sayangnya berumur pendek, padahal memiliki ambisi untuk menyaingi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sebelum dinyatakan hilang kendali dan pada akhirnya jatuh ke Samudera Pasifik tadi pagi, Senin (2/4), negeri Tirai Bambu ini menaruh harapan besar terhadap peluncuran Tiangong-1 yang dilakukan di Jiuquan Satellite Launch Center, China, pada 29 September 2011.
Tiangong-1 adalah stasiun luar angkasa pertama yang dimiliki oleh China sebagai laboratorium di antariksa. Wahana ini juga menjadi prolog bagi China untuk membangun modul yang lebih besar lagi nantinya bernama Tiangong.
China seperti dikutip dari Space, tengah membangun proyek jangka panjang berupa menghadirkan stasiun luar angkasa berawak pada 2022 nanti. Dan, Tiangong ini diharapkan menjadi pesaing ISS yang selama ini sudah ada mengorbit Bumi.
Saat pertama kali mengorbit, Tiangong-1 berada di atas ketinggian sekitar 350 kilometer permukaan Bumi, jarak yang tidak terlalu jauh dari ISS yang mengorbit di ketinggian 400 kilometer dari permukaan Bumi.
Selama di jalur orbit, Tiangong-1 dikunjungi oleh serangkaian pesawat antariksa Shenzhou selama dua tahun masa operasional, di mana yang paling historis adalah stasiun luar angkasa ini dikunjungi oleh taikonouts atau astronot China.
Stasiun luar angkasa ini berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter berdiameter 3,4 meter dan dilengkapi bentengan panel surya di kedua sisinya. Tiangong-1 terdiri dari dua bagian utama, modul untuk eksperimental guna menampung astronot dan modul sumber daya sebagai akomodasi sistem tenaga sura serta propulsi dari wahana ini.
Namun sayangnya, usia Tiangong-1 tidak begitu panjang sesuai yang diperkirakan. Sejak 2016, Tiangong-1 sudah tidak dapat dikontrol lagi dan mulai turun orbitnya. Stasiun luar angkasa China itu berpotensi jatuh ke Bumi di wilayah pada rentang 43 derajat lintang utara sampai 43 derajat lintang selatan, termasuk Indonesia di dalamnya.
Misi China dalam membangun stasiun antariksa tak berhenti di Tiangong-1 saja, mereka sudah bergerak dengan meluncurkan Tiangong-2 yang diluncurkan pada 15 September 2016. Sedangkan, Tiangong-3 status misinya di-cancel.
Di masa mendatang, stasiun luar angkasa China ini akan terdiri dari modul inti besar dan dua modul tambahan yang lebih kecil ukurannya.(dtc)