Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Soal ujian nasional (UN) yang memakai metode higher order thinking skills (HOTS) jadi polemik karena dikeluhkan terlalu sulit oleh para siswa SMA. KPAI juga menilai ada materi yang diujikan di UN belum diajarkan di sekolah. Apa kata Mendikbud?
"Itu sudah kita lakukan, latihan guru-guru itu drill soal, kemudian kontennya dipikirkan," jawab Mendikbud Muhadjir Effendy saat ditanya apakah para siswa sudah mendapat materi HOTS di sekolah dalam jumpa pers di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Muhadjir lantas menyinggung standar Programme for International Student Assessment (PISA) yang dipakai berbagai negara. Menurut dia, selama ini para siswa di Indonesia selalu diberi standar soal di bawah PISA.
"Jadi ini bukan faktor siswa kita bodoh, tapi selama ini kita menetapkan standar yang rendah. Karena kita selama ini baru pakai lower-medium order thinking. Sementara PISA memakai HOTS itu. Komposisinya 25% HOTS," tutur Muhadjir.
Muhadjir berencana meningkatkan jumlah soal HOTS pada UN tahun mendatang, sehingga bisa mengatasi ketertinggalan dari standar PISA.
"Itu harus dilatih dengan melatih soal tingkat kesulitan tinggi. Mungkin tahun depan sudah 15 persen (soal HOTS di UN)," kata dia.
Mendikbud mengakui HOTS memang bukan untuk semua siswa. Tetapi ini bisa untuk mengukur pencapaian tertinggi yang bisa digapai para siswa di Indonesia.
"Soal HOTS ini memang bukan untuk semua siswa. Tapi untuk siswa yang bisa melompat level paling tinggi itu," kata Muhadjir.
Mengenai soal HOTS ini, Komisi X juga berencana memanggil Kemdikbud. Namun Muhadjir menyatakan belum ada undangan untuk itu. "Kalau dipanggil ya siap, kan Komisi X partner kita," kata dia. (dtc)