Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setiap tanggal 28 April, masyarakat Indonesia merayakan Hari Puisi Nasional. Tanggal 28 April dipilih karena pada tanggal itu, Chairil Anwar wafat. Tepatnya pada 28 April 1949.
Hal itu mengukuhkan sosok pencipta puisi legendaris "Aku" ini sebagai sastrawan (penyair) paling berpengaruh sepanjang sejarah sastra Indonesia.
Chairil Anwar pun memiliki segudang julukan di bidang sastra. Antara lain, pembaharu puisi modern Indonesia, pelopor sastrawan angkatan 45, mata kanan puisi Indonesia dan sebagainya.
Ironisnya, semua kebesaran yang dimiliki Chairil justru tidak dikenang di Medan, tanah kelahirannya sendiri. Malah masih banyak warga Medan yang tak tahu Chairil adalah asli anak Medan.
Salah satunya Sarlita, mahasiswi PPKN Universitas Muslim Nusantara (UMN) Medan. Kepada medanbisnisdaily.com, Sarlita mengaku tidak tahu Chairil Anwar berasal dari Medan.
"Baru tahu aku, dia orang Medan. Selama ini cuma puisi-puisinya aja yang tahu karena diajarkan mulai dari SD," katanya pada medanbisnisdaily.com, Sabtu (28/4/2018).
Begitu juga dengan Maria Tampu Bolon, siswi kelas IX, sekolah Antonius Medan. Maria justru mengaku hafal dengan sejumlah puisi Chairil, tetapi tidak tahu Chairil adalah orang Medan.
"Puisi-puisinya tahu. Soalnya itu pelajaran wajib di Bahasa Indonesia. Tapi kalau asalnya aku baru tahu dia orang Medan," ujarnya.
Sastrawan Sumut sekaligus peneliti puisi-puisi Chairil Anwar, Damiri Mahmud, dalam sebuah seminar sastra di Balai Bahasa Sumatera Utara, beberapa waktu lalu, menjelaskan sosok Chairil di Medan memang sangat ironis. Tidak ada suatu pertanda yang dibuat di Medan untuk mengenang beliau. Itu karena pemerintah Medan tidak perduli.
Beberapa kali saya menulis agar Pemerintah Kota Medan memastikan dimana sebenarnya rumah Chairil Anwar di Medan. Karena selama ini ada perkiraan rumah Chairil berada di Jalan Gajah Mada, tetapi ada juga menyebut di perkampungan dekat Istana Maimun Medan.
Direktur Institut Sumatera, Jhon Fawer, mengatakan, dilihat dari jasanya terhadap kesusasteraan Indonesia, sudah pantas Chairil Anwar dijadikan nama di salah satu ruas jalan di Medan.
Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Pada tahun 1940 ia hijrah ke Jakarta dan menggeluti dunia sastra secara serius. Puisinya yang cukup dikenal antara lain, "Aku" "Karawang-Bekasi" "Diponegoro" "Senja di Pelabuhan Kecil" "Persetujuan dengan Bung Karno".
Chairil Anwar meninggal dunia pada 28 April 1949 di Jakarta. Jasadnya dikebumikan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Pada 2017, Chairil Anwar telah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Pengusulnya justru sekelompok sastrawan/seniman dari Sumatera Barat