Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pantun termasuk salah satu sastra lama yang merupakan kebudayaan asli masyarakat Indonesia. Ia termasuk sajak satu bait yang persajakannya ab/ab. Dalam kebudayaan Indonesia, pantun dikenal dengan berbagai nama. Orang Batak Toba menyebutnya dengan umpasa.
Raja pantun Melayu, Amir Nasution, menjelaskan, seni berpantun sebagai bentuk kecakapan berkomunikasi yang mengutamakan kesantunan dan keindahan berbahasa.
"Seni berpantun membutuhkan kecerdasan berbahasa tersendiri," ujarnya pada medanbisnisdaily.com, Jumat (4/5/2018)
Sementara bagi orang Batak Toba, pantun disebut umpasa. Dalam praktiknya, berumpasa belum "secair" berpantun seperti dalam masyarakat Melayu. Ruangnya pun cenderung masih sebatas dalam kegiatan pesta adat.
Direktur Pusat Pengkajian dan Dokumentasi Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, Medan, Manguji Nababan, mengatakan, pada umumnya umpasa berisi nasehat-nasehat yang disebut-sebut merupakan pesan nenek moyang. Karena itu dalam berumpasa biasanya didahului kalimat pengantar wajib : "seperti yang disebutkan para orangtua".
Karena berupa nasehat, membuat umpasa terasa begitu serius. Tidak heran bila penciptaan maupun improvisasi atasnya tidak "seramai" pantun.
Batara Siahaan, salah seorang Tokoh Adat di Desa Payabado Marindal II, Deliserdang, mengatakan pantun di Melayu lebih fleksibel. Ada pantun percintaan, ada pantun nasehat, ada patung teka-teki dan ada yang bersifat hiburan. Tapi kalau di Batak, lebih condong berupa nasehat. Itu juga mungkin yang membuat umpasa itu sulit berkembang, kata Batara Siahaan.