Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Batubara. Tradisi mogang atau motong merupakan tradisi bagi sebagian masyarakat Batubara, khususnya daerah pesisir dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Hewan ternak yang dipotong biasanya kerbau/lembu yang dilaksanakan mulai 3 - 2 hari sebelum 1 Ramadan.
"Mogang atau motong merupakan tradisi warga Batubara khusunya wilayah pesisir. Tradisi itu sudah dimulai sejak tahun 1785 oleh datuk pesisir pertama Abdul Djalil," kata salah seorang tokoh masyarakat Batubara, Muhammad Azmi kepada medanbisnisdaily.com, di Kecamatan Lima Puluh, Selasa (15/5/2018).
Ia mengatakan, sampai saat ini tradisi itu masih terus dilestarikan oleh warga Batubara. Setiap tahunnya di beberapa lokasi yang melakukan pemotongan lembu/kerbau dan diperjualbelikan akan diserbu oleh warga Batubara. Lokasi itu antara lain Simpang Sianam Kecamatan Lima Puluh, Simpang Dolok Kecamatan Lima Puluh, Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram, Kuala Kasim Kecamatan Sei Balai, Tanjung Tiram dan Pagurawan Kecamatan Medang Deras.
"Sampai saat ini tradisi mogang masih bertahan. Lokasinya diantaranya Sp Sianam, Sp Dolok, Ujung Kubu, Kuala Kasim, Pagurawan khususnya wilayah pesisir Batubara," ujarnya.
Dengan adanya tradisi mogang atau motong hewan ternak membuat konsumsi daging warga Batubara meningkat. Beberapa tempat/lokasi khususnya di pesisir Batubara akan dibanjiri pedagang daging dadakan/musiman.
Salah seorang pedagang daging, Wakno, di Kecamatan Lima Puluh mengaku dapat menjual 2-3 ekor daging lembu dalam 1 hari.
"Uda sejak hari minggu aku jualan di Kecamatan Lima Puluh, hari minggu itu aku motong 2 ekor, kemarin 2 ekor lagi dan hari ini 2 ekor lagi. Biasanya pagi kupotong siang uda habis. Harga perkilo 110-130 ribu," katanya.
Salah seorang warga Kecamatan Tanjung Tiram, Iwan, mengatakan, mengkonsusmsi daging ketika menyambut Ramadan sudah menjadi tradisi keluarganya sejak zaman dahulu/turun menurun. Ada istilah bagi sebagian masyarakat Batubara, apabila puasa pertama tidak mengkonsusmsi daging, tidak lengkap rasanya dalam menyambut puasa.
"Bagi kami itu sudah turun menurun dari nenek moyang kami. Ketika bulan puasa harus makan daging. Minimal setengah kilo pun jadilah. Rasanya gak lengkap kalau gak makan daging menyambut puasa. Makanya gak heran, ketika sambut puasa, warga berbondong-bondong mendatangi tempat-tempat pemotongan/penjualan daging," pungkasnya.