Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com.Medan. 'Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Namun kita dapat melakukan hal kecil dengan cinta yang besar'. Ungkapan khas Bunda Teresa inilah yang mengilhami Esra Zuita Silitonga, seorang pegiat literasi dari Sumatera Utara yang kini memilih tinggal di Asmat, Papua.
“Saya ingin memberikan cinta saya yang besar dengan hal-hal kecil. Saya tak punya uang. Dan, jujur saja, saya bahkan tidak digaji untuk melakukan ini, tetapi selalu dicukupkan. Saya hanya memberikan pelayanan dengan hal-hal kecil,” ucap Esra Silitonga kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (18/5/2018)
Wanita kelahiran Sibolga, 31 Januari 1994 ini sejak lama mencita-citakan menjadi pelayan kemanusiaan, terutama kepada orang-orang terluar. Karenanya, selepas wisuda dari salah sekolah tinggi theologia di Jawa, Esra langsung memutuskan untuk pergi ke Asmat, Papua. "Sudah saatnya perempuan bergerak, apalagi kalau masih muda,” semangatnya.
Esra sedang merintis perpustakaan di Asmat, Papua bernama Sola Gracia. Dia dibantu seorang dokter asal Manado, Sterren Samberi.
Ditanya soal pemilihan nama itu, Esra menjelaskan hal itu sesuai dengan prinsip hidupnya.Semua berjalan semata-mata hanya karena anugerah Tuhan.
"Kita ini semua anugerah. Saya anugerah Tuhan. Karena itu, saya harus berkarya dan memberkati, meski dengan hal kecil seperti ini," terangnya.
"Sebenarnya, sederhana saja Bang agar kita melayani dan berkarya dengan tulus. Kebahagiaan itu ketika aku mampu membuat mereka berhasil,” tambahnya lagi.
Menurutnya, Asmat salah satu kota yang tertinggal. Banyak anak yang belum mengecap pendidikan. Banyak juga anak yang tidak peduli pada pendidikannya.
Memang, diakuinya, kini, di Asmat, sudah banyak sekolah. “Tapi itu, banyak yang tak mau sekolah. Karena biaya, juga karena hal-hal lain. Dia juga mengimbuhkan, di Asmat, masih banyak kelas 6 SD yang tak tahu membaca.
Ketika ditanya kendala, Esra tak menampik, banyak kendala. Mereka sering kali hanya akan mau belajar setelah diberi makan. Kalau tak diberi makan, bisa-bisa mereka tak mau belajar.
“Mumpung masih muda, Bang. Nanti, pas udah berkeluarga, saya masih ingin melanjutkan. Tapi, siapa bisa menduga, jangan-jangan suami kurang mendukung,” tambahnya lagi.
Anak ke-8 dari 10 bersaudara ini mengharapkan donasi buku untuk anak-anak. Donasi buku bisa dikirimkan ke Jalan Frans Kaisepo Rt. 1 kampung/Desa Bis Agats, Kec/Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, kode pos 99777. “Buku jenis apa pun boleh, yang penting mendidik,” tegasnya.