Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta - Memperingati 20 tahun reformasi jurnalis dan fotografer media massa menggelar diskusi dan pameran foto catatan refleksi 20 tahun reformasi. Memasuki masa 2 dekade ini ada sejumlah catatan yang perlu diperbaiki, salah satunya soal kebebasan pers.
"Reformasi lebih baik lah dari zaman dulu. Tapi masih lebih banyak hal yg harus diperbaiki. Kita masih ada di urutan 124 pers bebas di dunia. Sangat jauh, kita bahkan di bawah Timor Leste," kata Sekjen Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Revolusi Reza di kantor LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Minggu (20/5).
Reza mencatat rapor Indonesia masih merah untuk kebebasan pers hingga kasus-kasus HAM. Pameran foto ini ditujukan untuk refleksi.
"Peringkat ini masih merah, jurnalis masih digebuki, masih banyak intimidasi. Sepanjang tahun 2017-2028 masih ada kasus pelanggaran kebebasan pers. Kasus-kasus HAM sampai sekarang juga banyak yang belum terungkap. Ini catatan-catatan yang masih harus diselesaikan kita semua sebagai bangsa," paparnya.
Foto-foto yang dipamerkan dalam acara itu milik Rully Kesuma yang saat reformasi menjadi fotografer Tempo dan media DR. Dia menceritakan pengalamannya saat momen-momen menegangkan era reformasi di balik jepretannya.
"Sebetulnya ini adalah foto-foto yang masih tersisa yang saya miliki di Tempo. Dulu saya bekerja di DR, media pengganti tempo saat tempo dibredel," ucap Rully di lokasi yang sama.
Rully mengenang saat tragedi di Universitas Trisakti suasana chaos. Rully yang sedang liputan di LBH Jakarta pun kesulitan menuju Trisakti karena akses jalan ditutup.
"Saya rasa ini cukup mewakili kejadian saat itu. Penembakan di trisakti saya nggak punya, karena saya lagi di LBH utk peliputan jumpa pers saat itu. Saya tidak bisa masuk lagi ke Trisakti karena sudah diblokir. Terakhir puncaknya setelah Soeharto mengundurkan diri," terangnya.
Dalam kesempatan itu, Rully memamerkan beberapa foto kerusuhan usai tragedi Trisakti terjadi. Salah satu fotonya menunjukkan seorang pejalan kaki yang melintas di sebelah mobil yang habis terbakar di depan pertokoan.
Foto lainnya menunjukkan anggota Brimob dengan senjata laras panjang hendak membidik targetnya. Ada juga foto mahasiswa-mahasiswa mayoritas berompi biru yang berdiri di atas bus PATAS dengan tongkat. Dalam keterangannya disebutkan mahasiswa menentang Sidang Istimewa MPR 1998, Jakarta 12 November 1998.
Acara ini juga didukung oleh AJI Jakarta, dan penggiat HAM KontraS, PurpleCode, KASBI.(dtc)