Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnis.com-Medan. Tato adalah bagian dari jejak peradaban dunia. Tato sudah ada sejak ribuan tahun silam, berupa ornamen-ornamen suku, baik yang dilukis pada tubuh maupun di media lainnya. Bagi masyarakat suku, tato merupakan media visual yang sarat dengan simbol. Di dalamnya terkandung nilai-nilai tertentu. Mulai dari yang berkaitan dengan spiritualitas maupun sekedar penanda identitas.
Demikian dijelaskan Raja Tato Sumatera Utara, Rajah Naibaho Pardolok dari Sumatera Utara Tatto Solidarity (SUTS) kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (31/5/2018).
Ditambahkannya, seiring waktu, tato berkembang menjadi sebuah karya seni dalam pengertian yang lebih luas. Sayang, apresiasi tato di Indonesia masih sangat rendah. Di Sumatera Utara sendiri, masih ada sebagian masyarakat menganggap tato bagian dari tindak kejahatan.
"Mereka yang menggunakan tato diidentikkan dengan preman, urakan, sudah pernah masuk penjara dan sejumlah konotasi negatif lainnya. Padahal di luar negeri, seni tato dari Indonesia begitu diminati. Apalagi yang berbentuk ornamen-ornamen suku. Mereka penasaran dengan pembuatan tato tradisional seperti dari Kalimantan dan Mentawai," kata Rajah.
Rajah yang mengaku belajar seni tato dari Semarang, Jawa Tengah ini menyarankan agar seseorang yang ingin membuat tato menyadari motif yang akan dipilihnya, karena biasanya itu berkaitan dengan nilai-nilai filosofis yang dianutnya. Selain itu harus dipastikan pembuat dan alat yang digunakan harus steril.
"Dalam membuat tato itu ada SOP -nya. Peralatan dan pembuatnya harus steril," lanjutnya. Disinggung soal prospeknya, menurut Rajah seni tato motif Indonesia sangat diminati terutama orang luar negeri. Mereka tertarik dengan ornamen-ornamen tradisional," katanya.
"Harganya tergantung kerumitan motif. Yang jelas prospeknya sangat menjanjikan," katanya tak mau menyebut harga.