Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat jasa konstruksi sejatinya menunggu paparan dari kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut soal konsep meningkatkan daya saing sektor jasa konstruksi di Sumut.
Ketua DPD Asosiasi Kontraktor Nasional (ASKONAS) Sumut, Rikson Sibuea kepada wartawan, di Medan, Rabu (13/6/2018) menyayangkan hal itu, mengingat sektor jasa konstruksi memiliki peranan strategis untuk suksesnya pembangunan infrastruktur Sumut.
Selain itu, sekitar 6.000 badan usaha konstruksi dan puluhan ribu tenaga kerja ahli dan terampil serta ratusan sektor industri turunan, memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi Sumut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, sektor jasa konstruksi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut pada Triwulan I tahun 2018, yaitu sebesar 0,84%.
Menurut Rikson, keduan pasangan calon, baik Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah (ERAMAS) maupun Djarot Saiful Hidayat - Sihar PH Sitorus (DJOSS), tidak memiliki konsep yang jelas tentang peningkatan daya saing pengusaha di jasa konstruksi.
Rikson khawatir jika kondisi ke depan bakal terulang, yakni amburadulnya profesionalitas dan kompetensi para pelaku jasa konstruksi di Sumut karena tidak terciptanya iklim usaha jasa konstruksi yang berdaya saing.
"Kita jadi bertanya-tanya, apakah para calon yang ada saat ini bakal lebih parah lagi kebijakannya ke depan di sektor jasa konstrukai dari yang terjadi selama ini?," ujar Rikson dengan nada kesal
"Atau justru para calon telah menyiapkan konsep eksploitasi jasa konstruksi hanya untuk kepentingan diri pribadi dan para elit dan pendukungnya? Semestinya konsep tegas dan jelas harus dipaparkan," kata Rikson lagi.
Ketua DPD Perkumpulan Profesi Tenaga Konstruksi Indonesia (Pertakindo) Sumut, Robertman Sirait yang juga mantan Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP) Sumut, juga menyatakan hal yang sama.
Dia justru khawatir bahwa jasa konstruksi Sumut di bawah kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur baru nantinya bakal lebih semrawut lagi. Robertman mengatakan, sudah menjadi rahasia umum selama ini bahwa daya saing jasa konstruksi belum terwujud di Sumut.
"Kita khawatir pemimpin baru justru menjadi bibit lahirnya para pelaku jasa konstruksi yang tidak profesional. Ini bukan hal mustahil, banyak di daerah ketika sang kepala daerah jagoan yang menang, kontraktor abal-abal justru tumbuh pesat," katanya.
Robertman menambahkan keinginan para pelaku jasa konstruksi saat ini adalah adanya perubahan (goodwill/itikad baik) yang dimotori oleh gubernur selaku pembina jasa konstruksi. Perubahan itu adalah dengan menciptakan iklim usaha konstruksi yang kondusif yaitu dengan menerapkan ketentuan (regulasi) pada jalannya.
"Kalau 100% situasi jasa konstruksi berubah ke arah yang kondusif, itu mungkin mustahil ya, tapi andaikan saja 50%, wah sudah sangat bagus para pelaku jasa konstruksi. Itulah sangkin buruknya sektor jasa konstruksi Sumut saat ini," tukas Robertman.