Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Pengunjung di sejumlah objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir ramai dikunjungi wisatawan pada libur panjang Lebaran. Beberapa tempat yang dikunjungi itu adalah situs sejarah-budaya, yakni Parsaktian Tatea Bulan, Batu Hobon, Aek Sipitu Dai dan juga Penatapan Tele.
Namun, ratusan pengunjung itu masih turis domestik. Mereka berasal dari sejumlah kota di Sumatera Utara antara lain, Medan, Siantar, Langkat, Binjai dan sebagainya. Sementara dari luar Sumut, ada yang berasal dari Jakarta dan Bandung.
Salah seorang pengunjung yang berasal dari Jakarta, Haposan Manik, kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (16/6/2018), mengaku enggan disebut turis.
"Dibilang turis enggak jugalah. Ini kan bona pasogit, (tanah kelahiran-red) orang Batak. Lebih cocoklah pulang kampung. Tapi kalau orang bule bisalah dibilang turis," ujarnya.
Dari amatan medanbisnisdaily.com, Jumat (15/6/2018), pengunjung yang datang ke Parsaktian Tatea Bulan, Batu Hobon Aek Sipitu maupun Penatapan Tele itu memang nyaris tidak ada wisatawan mancanegara.
Berbeda halnya seperti yang biasa terlihat di Tomok dan Tuktuk, Samosir. Pada hari biasa saja banyak ditemui turis mancanegara di kedua lokasi itu.
Haposan menambahkan, objek wisata yang ada di Sianjur Mula-mula memang belum semaju di Tomok maupun Tuktuk, mengingat lokasi ini terbilang baru dan belum dipoles secara maksimal.
"Yang datang kemari itu biasanya tidak untuk menginap. Mereka turis sehari. Menginap di rumah famili mereka. Meski begitu tetap saja penginapan diperlukan. Memang kulihat ada satu dua home stay, tapi sepertinya sepi, sehingga orang enggan masuk ke sana," katanya.
Selain itu juga tidak ada toko cinderamata seperti lazimnya di Tomok maupun Tuktuk.
Salah seorang pengunjung dari Langkat, Novendi menambahkan, sebenarnya objek wisata di Sianjur Mula-mula ini punya ciri khas, yakni sebagai lokasi wisata sejarah-budaya. Konsep itu yang perlu dimaksimalkan. Tidak perlu seperti Tomok maupun Tuktuk arau Bukit Lawang. Hanya saja perlu dimaksimalkan keberadaan turis guide, fasilitas umum, seperti toilet dan akan lebih menarik bila ada suguhan musik tradisional baik live maupun berupa rekaman.
"Memang ada turis guide di objek-objek wisata itu, tapi mereka masih perlu diberdayakan lagi," katanya.
Novendi mengaku puas selama berada di Sianjur Mula-mula, karena pengunjung tidak terbebani terutama dari sisi biaya.